Pages

Sacrifice

Jumat, 30 Desember 2016

Ugh, gue kagak tau kalau nyimpen cerita beginian, cerita lama yang semula tak kuketahui keberadaannya :') Yodahlah, post aja.
Warning! Bacanya pelan-pelan, resapi, lalu pahami.
.
Judul: Sacrifice
Oleh: Adelia P.S
Pemuda berambut cepak itu menatap garang ke arah ibunya, tak lupa juga kata-kata pedas yang mengalir deras dengan lancarnya, tanpa henti. Tito tak lagi memperdulikan wajah sendu yang berlinang air mata dari perempuan yang telah melahirkannya, membesarkannya dan merawatnya dari kecil.
“Aku sudah muak, Bu. Hidup kita selalu kekurangan!” bentak pemuda itu kasar, beberapa perabotan rumah tangga pun tak luput dari kemarahannya. Tak tahukah ia, bahwa hati wanita di hadapannya itu terasa perih? Minah tak menyangka, anak semata wayangnya yang ia besarkan penuh kasih sayang berani membentaknya, apalagi memarahinya.

Midnight

Kamis, 29 Desember 2016

Berdasarkan real story, gays! Sekarang karena kesel gua mau lugas! Ganti gaya pake bahasa Teenlit yang khas. Nggak usah rima-rima yang nggak jelas. Eh, udah nggak usah dibahas, malah ati makin panas. Oh ya, peringatan nih, yang punya penyakit jantung mohon jangan baca.
.
Title: Midnight
By: Adelia P.S
.
Waktu itu dah malem, lupa gue malem apa tapi anggap aja malam Jum'at kliwon. Tiba-tiba gue bangun dari tidur. Badan gemeteran, lemes, dan keringat dingin bikin basah punggung kaos gue. Saat melihat situasi dan kondisi, gue tau penyebabnya.
.
Lu tau?
.
Perut gue mules! Minta dikeluarin sampah di dalemnya.

Taurus (The Zodiac)

Kamis, 15 Desember 2016

Senandung tembang terdengar merdu,lirih tetapi merasuk kalbu. Dapat dirasa angin semilir sejukkan tubuh. Alir air melaju dari selang yang dipegang gadis itu, guna menyiram tanamannya agar tidak layu.
.
"Agen 013, bagaimana laporanmu hari ini?" sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Tangan yang kecoklatan itu terangkat, menekan sebuah tombol pada alat di telinga. "Target masih berada dalam pengawasan. Ganti." Terdengar helaan dari sana. "Baiklah, tetap awasi target."
.
"Baik."

Scorpio (The Zodiac)

Senin, 12 Desember 2016

Gemuruh guntur menggelegar, petir-petir menyambar, dan tubuh mungil itu makin bergetar. Dalam kecekaman malam dia sendirian dalam sebuah kamar. Teriakan itu kembali terdengar.
.
"Ibu!" cicitnya lemah.
.
Ia makin ketakutan. Tangannya terangkat ke mulut membuat kebungkaman. Mata ambernya yang berair mengintip dari lemari tempat persembunyian.
.
Tap! Tap! Tap!
.
Derap langkah itu, berimbas pada jantungnya yang makin berpacu dengan waktu. 
.
Lima.
.
Empat.
.
Tiga.
.
Dua.
.
Satu.
.
Si penjahat telah tepat berada di balik pintu.

Gemini (The Zodiac)

Sabtu, 10 Desember 2016

Gemini (The Zodiac)
.
"Selamat pagi!" Ely menyapa ramah, tak lupa senyum ceria tersungging di wajah. Balasan tiap orang berbeda, tapi kebanyakan hanya memalingkan muka, tak acuh bahwa gadis itu ada.
.
Langkah riangnya menuju meja di sudut kelas, tempat di mana ia akan beraktivitas. Ela, saudara kembarnya, segera menemani dengan berdiri di samping jendela. "Kakak duduk saja," Ely berkata. Gelengan menjadi jawaban, "Nanti saja."

Moonlight Sonata

Sabtu, 23 Juli 2016


Moonlight Sonata
By: Adelia P.S
.
Dalam naungan cahaya purnama, melodi merdu mengalun duka. Hati teriris karenanya, sebab kisah yang miris terkandung dalam tiap nada.
.
Air mata kembali jatuh, kilaunya menetes pada senar biola yang telah rapuh. Gadis cantik itu ... tersedu.
.
Awan kelabu menggulung mendung, terasa harmonis dengan suasana berkabung. Dibalut gaun hitam, kesedihan hati tak dapat dibendung.

In The Rain

Kamis, 19 Mei 2016

Judul: In The Rain
Oleh: Adelia Putri Septiani
.
Kelabunya awan menggantung luas di langit, angin-angin yang berhembus juga menghantarkan dingin yang terasa menggigit. Semakin gelap keadaan, makin suram pula wajah Surya. Pemuda itu meringkuk di kursi kayunya, berhadapan langsung dengan jendela yang memerangkap pemandangan kota. Wajahnya cemberut, dengan bibir yang mengerucut.
.
Dan hal yang sedari tadi ia pikirkan terjadi. Derasnya tetesan hujan telah jatuh ke bumi.

Muak

Selasa, 12 April 2016

Judul: Muak!
Oleh: Adelia P.S

Aku sudah muak dengan tingkah lakunya. Ia terlalu susah diatur dan seenaknya sendiri. Tingkahnya kian hari membuatku jengkel, bahkan sempat mengamuk-ngamuk
.

Kubawa sebilah pisau yang telah diasah, menyembunyikannya di balik punggungku. Saat kuhampiri, ia tengah bermain-main dengan riangnya di depan rumahku. Ck! setelah ini kau tak akan bisa bermain-main lagi. Tanpa sadar, seringai tersemat di bibirku.

Pertukaran

Judul : Pertukaran
Oleh : Adelia P.S

Aku tak tega melihatmu dikeroyok seperti itu. Tak berdaya di tengah-tengah gerombolan preman berbadan kekar. Tubuhmu yang sudah babak belur itu tergeletak di trotoar. Aku ingin menolongmu, tapi aku tak bisa.

Aku ingin sekali merengkuhmu, membawamu ke dalam kehangatan. Saling berbagi kepedihan. Menguatkanmu seperti dahulu, sebelum kejadian itu. Memberimu kekuatan untuk menjalani semuanya. Namun apa daya, diriku tak bisa.

Aku masih mengingat semua itu. Kejadian itu seperti terpatri dalam ingatanku. Tak bisa dihilangkan.

**

Kejutan

Judul: Kejutan
By; Adelia P.S
Kulirik lagi jam tanganku, 07.45 AM. Huh! Ia sudah terlambat, benar-benar terlambat. Mempunyai kekasih seperti Rizki memang harus ekstra sabar. Sudah lebih satu jam tapi ia belum juga datang.

Di hari Valentine ini, aku akan memutuskan hubunganku dengan Rizki. Aku sudah tak tahan lagi dengan sikap egoisnya, selalu ingin menang sendiri. Lebih baik, aku menjalin hubungan dengan Dafa--teman baikku. Dafa lebih baik daripada Rizki. Lagipula kemarin, Dafa menyatakan cintanya kepadaku, tapi masih belum kuterima karena hubunganku dengan Rizki yang masih berjalan.

Benci

Judul: Benci
By: Adelia P.S

**

Dear diary,

Apa kau tahu siapa saja orang yang ku benci? tentu saja kau tahu. Daisy, gadis penggoda itu salah satunya. Cih! hanya karena ia punya wajah cantik lalu dengan mudahnya merebut pacarku, hah! jangan harap. Namun, tenang saja.

Tangan lentik yang sudah berani mengelus rambut pacarku kini, hanya menjadi sebuah daging cincang. Yeah, aku telah memotongnya. Lalu, kurobek dan kutusuk-tusuk mulutnya. Aku tak tahan melihat bibir orang lain berbicara dengan pacarku. Terlebih ia juga menggoda. Kulit putihnya pun kini sudah meleleh. Aku membakarnya bersamaan dengan tubuh molek serta rambut panjangnya itu.

Dendam

Judul: Dendam
By: Adelia P.S

”Cepat! pel lantai ini, lalu cuci semua baju kami, dan jangan lupa untuk menyapu halaman belakang,” titah seorang wanita paruh baya, kepada seorang gadis berambut coklat yang tersungkur di lantai.

”Tapi aku masih banyak tugas yang harus dikerjakan,” sanggah gadis bernama Bella itu.

”Tak usah tapi-tapian, CEPAT!” dua gadis kembar lainnya --Sisi dan Sasa-- dengan tega melempar serbet basah tepat mengenai wajah cantik Bella.

Bella hanya bisa pasrah. Ia sudah terbiasa menerima perlakuan dari ibu tiri beserta saudari-saudari
tirinya itu.

”Lihat saja nanti!”batin Bella.

Fear(s)

Judul: Fear(s)
By: Adelia P.S
.

Panasnya terik matahari membakar kulit, namun itu tak menyurutkan niatku untuk membersihkan taman belakang rumahku siang ini. Dengan semangat kucabuti semua rumput-rumput liar, memotong dedaunan yang tidak simetris, dan tak lupa juga menanam beberapa bunga sebagai tambahan.

Ah, melelahkan tetapi menyenangkan.

Kunyalakan keran air, mengambil selang lalu bersenandung sambil menyirami taman milik ibuku ini. Aroma tanah basah menyeruak seketika, dan aku menyukainya. Terasa segar.

Kuputuskan berbaring sejenak untuk melepas penat. Di bawah pohon rindang ini angin yang menyejukkan berhembus pelan, menenangkan. Rasa kantuk mulai menyerang, dengan perlahan tanpa sadar mataku tertutup.

Sendiri

Judul: Sendiri
Oleh: Adelia Putri Septiani

Daun-daun berguguran, disertai dengan angin dingin
yang berembus kencang, membuat siapa saja harus
merapatkan jaketnya agar tetap hangat. Kupandangi bulan purnama yang bersinar, merebakan cahayanya ke setiap sudut ruangan. Mungkin salju akan turun malam ini.

Semua hal yang ada di sini masih tetap sama. Semua barang-barang tertutup kain putih, berdebu, dan tak terawat. Dan aku masih tetap di sini, terperangkap dalam rumah mewah ini. Menyesapi setiap rasa kesepian, kesendirian, dan kegundahan, bahkan terselip rasa dendam—yang tak kuketahui kapan akan terbalaskan. Duduk termenung di kusen jendela sembari melihat cahaya rembulan di balik gorden, adalah satu-satunya kegiatan yang bisa kulakukan di bulan Desember kelabu kali ini. Huft! Aku bosan.

Where?


Judul: Where?
By: Adelia Putri Septiani

Banyak hal yang tak pernah kita sadari jika hal tersebut adalah nyata. Meskipun, "mereka" ada di dekatmu tapi kau tak pernah menyadarinya.

Tapi aku bisa melihat semuanya dengan gamblang.

Apa kau tahu?

Fact About Me

Judul: Fact About Me
By: Adelia Putri Septiani

Temanku adalah salah satu makhluk yang sangat pemaksa. Setiap keinginannya harus dipenuhi, entah itu hal mengerikan maupun memalukan. Aku bahkan bingung, kenapa aku bisa berteman dengannya?
Hari ini, lewat media sosial bernama Facebook, ia mewajibkanku untuk membuat sebuah status yang berisi tentang 15 fakta tentangku. Dan seperti yang sudah kubilang, ia memaksa.
Baiklah, jika itu maunya, akan kulakukan sejujur-jujurnya.

Redmoon

Redmoon
By: Adelia P.S

Ini adalah malam paling indah.

***

Lily sedari tadi mematut dirinya di depan cermin, menilai-nilai penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Semuanya harus sempurna," begitulah gumamnya.

Malam ini adalah hari spesial untuknya. Kekasih barunya akan mengajaknya berkencan, itulah kenapa ia berusaha untuk berpenampilan secantik mungkin. Agar semua berjalan lancar.

Tak berapa lama kemudian, suara sepeda motor yang menderu terdengar di depan rumahnya. Gadis itu segera bergegas keluar dengan senyum yang merekah di bibir merahnya.

Entah Siapa

Judul: Entah Siapa
Oleh: Adelia Putri Septiani

"Ugh!" ucapku melenguh.

Kurenggangkan otot-ototku, menekuri buku selama berjam-jam membuat seluruh tubuhku terasa kaku. Kukucek perlahan mataku yang memerah karena lelah, keadaanku benar-benar kacau. 00:37, itulah angka jam yang tertera di layar ponselku. Sial! sudah lewat tengah malam dan aku belum rampung mengerjakan semua tugasku. Ya ampun! tugas-tugas yang susah ini membuat kepalaku terasa pecah, kenapa pula harus dikumpulkan besok sih?!

Ah, aku menyerah.

Waktumu Telah Tiba! Tik Tok!

Judul: Waktumu Telah Tiba! Tik Tok!

Udara malam yang dingin begitu menusuk kulit, membuatku harus beberapa kali merapatkan balutan jaket tipis yang sedang kupakai. Jalanan berlumpur yang licin mengotori sepatuku, menambah kesialanku hari ini. Entah siapa yang harus kusalahkan, bos yang memerintahkanku
untuk bekerja lembur atau teman kerjaku yang berpura-pura sakit. Ah, semuanya sama saja.

"Hati-hati!"

Suara siapa itu? Dengan sigap kubalikkan badanku, namun yang kutemukan hanyalah jalan kosong yang disinari lampu kuning yang berpijar remang-remang. Mungkin itu hanya halusinasiku. Mungkin.

Tapi ... kenapa aku merasa seperti diawasi?

Mate

Judul: Mate
By: Adelia P.S

"Tolong!"

Sial! Kelompok serigala jadi-jadian itu terus mengejarku. Beberapa kali aku terjatuh, namun bangkit lagi untuk menjauh. Memar, gores, dan darah memenuhi tubuh. Pedih pada kaki tak kupedulikan. Yang utama hanya kabur dari kejaran mereka.

Lolongan demi lolongan terdengar dari belakang, mungkin untuk memberitahu kawanan lain jika akan ada makan bersama. Argh! Sial! Bagaimana aku bisa berpikir hal mengerikan seperti itu saat ini?!

"Aw!" Karena tidak memerhatikan jalan, alhasil aku tersandung. Mengutuki akar, lantas aku berdiri. Namun terlambat.

Pain



Judul: Pain


By: Adelia P.S
.
"Juara pertama diraih oleh ... Adelia Putri Septiani!"
.
Tepuk tangan langsung riuh menggema. Seorang gadis cantik berdiri dari duduknya, debaran senang di dada semakin cepat tatkala langkahnya semakin dekat menghampiri panggung.
.
Sedikit gemetar dia menerima piala, lengkung indah di bibirnya semakin lebar saat bersalaman dengan kepala sekolah.

I Have A Reason

Judul: I Have A Reason
By: Adelia P.S

Neraka bocor, begitulah yang kusimpulkan. Udara dan sinar yang menyengat membakar kulit, tidak ada angin segar sama sekali, malah debu kering yang berhamburan menyesakkan dada. Hanyala rumah satu-satunya tempatku bernaung dari itu semua.
.
Akhirnya. Kuseka keringatku dari pelipis, sebuah tanda dari kerja keras—atau kegerahan. Ceritaku telah selesai. Sekarang, hanya tinggal mempublikasikan
nya. Tidak lupa kulampirkan sebuah cover dan hastag andalanku, #newbie_beraksi .

Leo (The Zodiac)


Leo (The Zodiac)
By: Adelia P.S
.
Matahari bersinar dalam keangkuhan. Panasnya menyorot tanpa ampun. Normalnya orang-orang akan berteduh, menenggak minuman dingin, dan bersantai. Namun tidak bagi tiga orang di tengah padang pasir itu.
.
"Stephen, apa benar peta yang kau bawa itu menunjukkan letak harta karun?" Evan bertanya dengan terengah-engah, keringat sudah membanjiri badan pemuda itu. Sejenak dia membetulkan letak ranselnya yang berisi berbagai perlengkapan.

Virgo (The Zodiac)

Virgo (The Zodiac)
By: Adelia P.S

"Cepat pel bagian sana!"
.
Bugh! Tanpa perasaan wanita itu menendang perut gadis yang ada di hadapannya. Dia kemudian melenggang pergi, seolah tuli dengan gadis itu yang merintih perih.
.
Karen namanya, anak perempuan itu melanjutkan pekerjaannya. Dengan peluh yang bercucuran di pelipis, dia terus mengepel sambil meringis. Jika dirinya ingin makan, pekerjaan rumah yang berat harus dilakukan.
.

Capricorn (The Zodiac)

Capricorn (The Zodiac)
By: Adelia P.S
.
Langit tengah bersahabat. Dia tidak sedang menurunkan hujan, tidak pula memanggang badan. Angin yang berhembus perlahan sungguh menyejukkan. Taman kampus yang sehari-harinya ramai, ini makin penuh.
.
Seorang pemuda mengedarkan pandangan, lalu meneguk sodanya perlahan. Hari yang cerah untuk bersantai, batinnya. Namun tiba-tiba sebuah tepukan pada bahu menyentaknya, membuatnya menghunus tatapan tajam kepada seseorang yang mengganggunya itu. Edwin, temannya itu malah cengengesan.
.
"Hei, tawuran nanti kau ikut tidak?" Edwin bertanya, dan dia menggeleng.

Libra (The Zodiac)

Libra (The Zodiac)
By: Adelia P.S
Panas sang surya membakar bumi, tak tanggung-tanggung hingga memanggang kulit. Tanah telah kering kerontang, bahkan rumput pun enggan tumbuh di lahan desa tersebut.
Raungan lapar kian histeris terdengar, namun semua orang tidak peduli urusan perut orang lain, karena keadaan mereka sama. Kelaparan. Antrian mengular panjang, semua berbaris, menunggu berjam-jam hanya untuk seteguk air yang tidak dapat memuaskan dahaga. Dan saat persediaan habis, kerusuhan tidak terhindarkan.

Sebuah mobil bak melaju dengan susah payah di jalan, debu berhamburan tidak karuan. Menutupi pandangan. Dan saat kendaraan itu sampai di perkampungan itu, benda itu berhenti.
Beberapa orang melompat turun dari mobil bak tersebut, semuanya memandang desa itu dengan iba. Sungguh mengenaskan. Pemerintah memang tidak peduli dengan rakyat seperti mereka.

Broken Angel

Minggu, 06 Maret 2016

Ada WARNING!
Bacanya pelan-pelan, diresapi, lalu pahami.

Judul: Broken Angel
By: Adelia P.S

Angel. Gadis kecil yang baik hati dan juga cantik, hal itu membuatnya dijuluki dengan sebutan 'malaikat kecil' oleh orang-orang di sekitarnya. Dia mempunyai banyak teman, hidup berkecukupan, dan juga terlimpah kasih sayang.

Namun itu dulu, saat ia masih kecil.

***

7 September 2007
18.00

Nyanyian riang sekelompok orang terdengar dari salah satu rumah mewah di komplek itu. Di tengah-tengah mereka berdiri sesosok gadis cantik mungil dengan seulas senyum gembira di bibirnya.

Mata coklat gadis itu berbinar-binar memandangi kue ulang tahun di hadapannya. Lalu tak lama kemudian, ia segera meniup lilin yang ada di atas kue itu setelah lagu berakhir. Tepuk tangan yang meriah menyusul kemudian.

Siapa Dia?

Kamis, 03 Maret 2016

Judul: Siapa Dia?
By: Adelia Putri Septiani
Bulan purnama bersinar anggun di atas sana, tak lupa juga taburan bintang yang berkerlap-kerlip mengelilinganya. Kali ini udara malam berhembus dengan kencang, membuat siapa saja harus mengeratkan jaketnya agar tidak kedinginan.
Taman ini begitu sunyi, hanya desahan angin yang terdengar lirih. Tak ada siapapun, cuma beberapa lampu taman yang menyala menerangi jalanan.
Aku menggeliat, meregangkan otot-ototku yang terasa kaku setelah tertidur di bangku ini. Syukurlah jika tidak ada orang, jadi aku tak perlu menanggung malu karena dianggap layaknya gembel yang tidak mempunyai rumah.

It's Just An Apple

Judul: It's Just An Apple
.
Kegelapan mutlak! Hanya hitam yang memenuhi pandangan. Aku berjalan perlahan, tersaruk-saruk entah karena apa. Sesekali meraba angin agar tidak terantuk batu atau yang lainnya.
.
"Berhenti." Seperti robot yang sudah diprogram, aku menurut.
.

Creepy Test: Monster

Mari tes level creepy kalian Jangan lupa catat poin jawaban, dan jangan curang Pilih salah satu jawaban saja. Oh iya, hati-hati ... ada kutukan
.
Creepy Test
Title: Monster
.
Kabut tipis mengawang pada langit yang belum sepenuhnya fajar. Rinding dingin karena angin tidak tertahankan. Dan suasana makin mencekam. Kapan cahaya mentari akan bersinar?!
.
Aku ketakutan, sungguh.Dalam keheningan suara tapak menggaung lemah. Berimbas pada jantungku, yang makin berdetak cepat tidak kenal waktu. Padahal aku tahu, bunyi itu dari sepatuku.
.
a) Ada bayangan hitam lewat di belakang.
b) Tepukan di pundak.
c) Bisikan.
.

6 Days

Senin, 29 Februari 2016


Judul: 6 Days
.
First day.
12.45
.
Tanpa perasaan tubuh pemuda itu dibanting, tak ayal kepalanya mulai terasa pening. Tidak hanya sampai di sana, badan kekar itu kembali dihempaskan ke tanah. Rintihan pilu terdengar dari bibir merahnya. Ingin melawan, tapi tenaga telah habis tak tersisa, apalagi ditambah dengan berbagai luka di tubuhnya, membuat ia lemas tidak berdaya.
.
Dua mulut dari pria-pria yang menyiksanya kini terbuka lebar, terbahak puas. "Ini akibatnya jika kau menolak!" salah satu dari orang itu menunjuk, tepat di hidungnya yang kembang-kempis kesulitan bernapas.
.
Walaupun harus bersusah payah, pemuda itu tetap mendecih, meremehkan. Berang. Pria-pria tersebut menginjak-injak tubuhnya yang telentang.
.

Miss Teryous - Sinopsis

Minggu, 28 Februari 2016

Teryous Gilbert King, seorang gadis cantik yang pendiam, dingin, sinis dan juga anti sosial. Ia bersekolah di salah satu universitas tersohor di kotanya, namun itu hanya kedok belaka.Tak ada yang tahu jati dirinya yang sebenarnya. Ia adalah seorang pembunuh sadis yang menerima bayaran dari misi-misi yang terima dari sebuah situs rahasia.
Hidupnya selalu 'tenang' tanpa ada yang mencurigainya. Namun hingga pada suatu hari, kehidupannya terusik dengan kedatangan seorang pria yang berusaha mendekatinya. Tery bersikap cuek, namun pria itu semakin gencar.

Am I Forget?!

Sabtu, 27 Februari 2016

Judul: Am I Forget?!
.

Malam telah melingkupi bumi. Cahaya matahari memang tak akan abadi. Begitu juga kami, manusia-manusia rapuh yang terkadang ... tidak punya hati.
***
Perlahan kurebahkan tubuhku, berharap rasa lelah dan pegal pergi menjauh. Ah iya, aku harus membersihkan diri terlebih dahulu.
.
Dengan setengah hati aku bangun, menyampirkan handuk di bahu, lalu melengganggang ke kamar mandiku yang bersih, seperti biasanya. Namun anehnya, tercium bau anyir dimana-mana. Ah, tidak usah dipedulikan.
.
Malas-malasan, kutanggalkan semua kain yang melekat. Dan akhirnya, aku telanjang bulat. Secara mendadak angin berhembus kuat, menggigilkan tubuhku yang bugil. Ada apa ini?
.
"Mati ...."
.

Rainy Night

Kamis, 25 Februari 2016

Judul: Rainy Night
By: Adelia Putri Spetiani
Berbaring santai di atas bukit sembari melihat bintang bertebaran berkerlap-kerlip sepanjang malam, adalah salah satu kegiatan rutiku setiap hari bersama gadis yang paling kucintai.
Namun satu hal yang berbeda kali ini, dan itu sangat menggangguku. Kemana wajah periang dan selalu tersenyum itu? Kini yang tampak hanyalah wajah suram dan murung, seolah gadisku tengah dilanda masalah besar di hidupnya, dan sialnya aku tak tahu masalah apa itu.
"Ada apa denganmu, Anna?" Ia menghela napas panjang, layaknya seseorang yang sedang memikul beban yang berat.Sepertinya dugaanku benar, dia ditimpa masalah.
"Kenapa hujan tidak segera turun? Padahal sekarang seharusnya adalah musim hujan."
Pertanyaan itu sukses membuat dahiku berkerut. Aku mengerjap beberapa kali, lalu tersenyum memandangnya.

Miss Teryous - Part 12: First Target

Miss Teryous
Part 12: First Target
.
Ryo menghampiri gadis itu. Menatapnya. "Tery, kau tidak butuh napas buatan?"
.
Sontak gadis itu mendelik. Namun tenaganya masih tidak bersisa untuk menjitak kepala pemuda itu. "Cepat bantu aku! Kita pergi dari sini!"
.
Ryo langsung memapah tubuh Tery. Kaos yang semula berwarna putih, kini menjadi merah, ternodai oleh air danau yang tercampur darah. Gadis itu basah, lekuk-lekuk tubuhnya terpampang jelas, dan Ryo tidak kuasa menahan godaan untuk meliriknya. "Apa yang kau lihat, hah?! Akan kucongkel matamu nanti!"
.
Pemuda itu gelagapan, langsung membuang muka. Wajahnya memerah malu bercampur ketakutan, dia sudah melihat langsung bagaimana Tery membunuh korbannya, dan dirinya yakin gadis itu tidak akan segan mewujudkan ancamannya.
.

Miss Teryous - Part 11: Lake

Miss Teryous
Bab 11: Lake
Jleb!
Pisau itu menancap tanah, tapi berhasil menggores lengan Ryo terlebih dulu. Darah segar mengalir dari luka itu.
Ryo mengumpat. Tery bersiaga.
Sebuah kilatan kembali melesat. Kali ini mereka bisa menghindar. Namun saat Ryo melompat mundur, dia tersandung. Tery berdecak, jengkel.
Tiba-tiba kekehan perempuan terdengar nyaring dalam kesunyian hutan itu. Disusul dengan lemparan-lemparan pisau yang bertubi-tubi. Keduanya terus menghindar, melompat mundur, hingga mereka sampai pada area terbuka, tepi danau.
Kekehan lagi-lagi muncul, disusul sosok bayangan yang nampak di antara bayang-bayang pohon, bukan hanya satu, tapi lima sekaligus.
"Kalian jangan hanya bersembunyi," desis Tery, geram.
Sinar bulan mulai menyibak siluet lima wanita cantik yang melangkah perlahan ke arahnya, beserta senyum sinis mereka.

Miss Teryous - Part 10: Terrors

Miss Teryous
Part 10: Terrors
.
"Seperti ... dirimu."
.
Sontak makanan yang hampir Ryo telan manghambur keluar dari mulutnya. Pemuda itu tersedak, lalu terbatuk-batuk hebat hingga hampir membuatnya mengeluarkan air mata. Orang itu tentu saja terkejut, dengan tangkas tangan besarnya hampir menyentuh punggung Ryo bertujuan mengelusnya. Namun Ryo terlebih dahulu berjengit, bangkit, lalu perlahan menjauh.
.
"Se-seperti aku?" Ryo bertanya meminta keyakinan, walaupun ia tahu apabila pendengarannya tidak salah. Tapi rasionalitasnya menolak kebenaran tersebut.
.
"Benar, aku menyukaimu."   Penuh keyakinan orang itu mengangguk.
.

Miss Teryous - Part 9: Her Group

Miss Teryous
Part 9: Her Group
.
Lantai tiga?!

Mereka pasti sudah gila!

"Jangan melotot, kau terlihat seperti orang dungu kalau begitu," ucap gadis itu, masih tanpa ekspresi berarti darinya.

Segera kukerjapkan mataku berkali-kali, tak lupa mengatupkan mulutku yang tanpa sadar menganga. Menurutku wajar saja jika aku terkejut, lantai tiga itu termasuk tinggi jika kau memutuskan untuk melompat langsung, tapi melakukannya sama dengan bunuh diri!

Samar-samar grasak-grusuk terdengar dari bawah sana, lalu rintihan kesakitan menyusul kemudian. Apakah mereka baik-baik saja?

***

Miss Teryous - Part 8: Sadarkan

Miss Teryous
Part 8: Sadarkan (Ryo's POV)

Wing! Wing! Wing!

Baling-baling helikopter itu masih berputar di atas kawasan hutan itu, mengawasi dari ketinggian. Sesosok pria paruh baya dengan tenang menyaksikan setiap rinci kejadian tadi, sorot matanya terlihat dingin namun senyum setipis kertas terlukis di wajahnya. Dengan gerakan angkuh ia menghisap batang rokoknya, menghembuskannya asapnya dengan angkuh pula. "Ternyata kau sudah tumbuh besar ..., Tery."

***

Gelap dan sendirian.

Dimana ini?

Dengan bingung kuedarkan pandanganku ke segala arah, namun percuma saja. Hanya kegelapan mutlak yang bisa kulihat.

Miss Teryous - Part 7: Crash!!

Miss Teryous
Part 7: Crash!!

"Aw!" rintih Tery, tangan kirinya menekan luka serempetan peluru di pinggangnya agar tidak terus mengalirkan darah, sedangkan tangannya yang lain sibuk menyetir.

Dor! Dor!

Tembakan terus mengarah ke arah mobil yang ia tumpangi. Sedangkan, Ryo hanya duduk tegang dengan jantung yang berdebaran. Tangannya mencengkram erat jok kulit yang ia tumpangi.

"Sial!"

Tery terus menekan pedal gasnya dalam-dalam. Dor! Dor! Dor! "Mereka terus menembak. Cih!" umpat gadis itu geram.

Mata coklatnya kemudian melirik Ryo yang sedang melotot ngeri melihat laju mereka.

Miss Teryous - Part 6: Attack

Miss Teryous
Part 7: Attack

Keesokan harinya.

Tery terduduk di bangku kuliahnya, memasang sikap tenang. Sesekali, gadis itu menguap bosan dengan penjelasan dosen di depannya. Otak jeniusnya sudah mengetahui semua pelajaran dosennya, bahkan sebelum dosen itu menyampaikannya ia sudah menguasainya.

Sebenarnya, Tery sangat berharap jika ledakan kemarin membakar kelasnya, atau bahkan seluruh bangunan kampusnya. Sehingga ia bisa berleha-leha dirumah ataupun merencanakan 'sesuatu' daripada mendengar penjelasan bodoh dari laki-laki tua yang berdiri di depan kelasnya. Namun sayang, ledakan kemarin hanya membakar area parkir dan sebagian laboratorium—yang sekarang tengah direnovasi.

Miss Teryous - Part 5: Boom Again!

Miss Teryous
Part 5: Boom Again!

"Mari kita mulai pertunjukannya."

Kedua gadis itu sama-sama menyeringai. Sama-sama cantik. Namun juga sama-sama sadis.

"Menyeranglah lebih dulu, BooMia," ujar Tery sembari menatap tajam musuhnya.

Gadis di hadapannya pura-pura tersentak, lalu berkata dengan nada yang dibuat-buat, "oh, kau tahu namaku ternyata."

Tery berdecak kesal. " Ck, bagaimana aku bisa tidak tahu orang yang sudah meledakkan motorku," desisnya sinis.

Mia tertawa, namun kemudian mengambil salah satu bom kecilnya. "Baiklah, kalau itu maumu."

Tit!

Miss Teryous - Part 4: Ka-boom!

Miss Teryous
Part 4: Ka-Boom!

"Maukah kau pulang bersamaku?"

Lagi-lagi, Ryo berhasil membuat Tery melebarkan matanya. Tery kembali mengumpat dalam hatinya, apa dia sudah gila?

"Tentu saja, tidak akan," jawabnya ketus. Tanpa memperdulikan Ryo yang memanggil-manggil namanya, Tery terus berjalan menjauh dari perpustakaan dengan terburu-buru.

Ryo berusaha mengejarnya, dan akhirnya dapat mencekal tangan Tery. Namun sebelum Ryo mengucapkan permohonannya, Tery lebih dahulu menyelanya. "Jangan sentuh aku!"

"Ayolah, kumohon! Pulanglah bersamaku," Ryo masih tetap bersikukuh, tak memperdulikan peringatan yang Tery lontarkan sebelumnya. Tapi kemudian ia teringat kejadian saat di taman, sewaktu Tery membantingnya. Alhasil Ryo segera melepaskan tangan Tery yang ia cekal.

Miss Teryous - Part 3: Library

Selasa, 16 Februari 2016

Miss Teryous
Part 3: Library

Tery menjatuhkan balok kayu yang berlumuran darah itu, lalu mencabut pisau lipatnya dari kepala salah satu korbannya. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, setelah memastikan tak ada saksi mata, ia melangkah pergi dengan acuh, meninggalkan mayat-mayat yang tergeletak mengenaskan di belakangnya.

"Cih, menyusahkan saja!"

***
15.45

Seorang gadis terlihat sibuk mengotak-atik laptop merah di hadapannya. Ia terduduk di satu-satunya deretan kursi paling pojok di perpustakaan tersebut. Sendirian di perpustakaan remang yang sepi.

Tap! Tap! Tap!

Miss Teryous - Part 2: Kencan?

Kamis, 11 Februari 2016

Miss Teryous
Part 2: Kencan?

"Aku ingin mengajakmu berkencan."

Tery membulatkan matanya, lalu sebuah tawa sarkastik meluncur dari bibir merahnya. "Dia pasti gila," gadis itu mencibir dalam benaknya.

"Cih! Aku bahkan tidak mengenalmu," ungkap gadis itu sinis. Tanpa disangka-sangka, pemuda itu malah mengulurkan tangannya, senyumnya makin terkembang di wajah tampannya. "Namaku Ryo. Ryous Michael Style."

Tery memutar bola matanya  malas, lalu menghela napas berat, mulai jengah dengan sikap pria di hadapannya. "Aku tak menanyakan namamu!" dengusnya.

"Maukah kau berkencan denganku?"
***

Miss Teryous - Part 1: Tamu Tak Diundang

Miss Teryous
Part 1: Tamu Tak Diundang

"Hai, bolehkah aku masuk?"

Tery terdiam. Kerutan samar muncul di keningnya. Ia tak pernah mendapat tamu sebelumnya. Bagaimana ia harus menghadapi pria ini?

Baru saja mulutnya ingin menolak, namun sebuah suara mengurungkan niatnya.

Pyar!

Dengan refleks gadis itu mengalihkan pandangan. Suara itu berasal dari kamarnya. "Penyusup," gumamnya lirih, hingga hanya ia yang bisa mendengarnya.

"Terima kasih." Tiba-tiba pria yang tidak ia kenal seenaknya masuk ke dalam rumahnya. Sebuket bunga mawar yang dibawanya tadi ia taruh di meja terdekat, sedangkan tubuh kekarnya bersandar pada sofa kulit empuk berewarna putih milik Tery.

EAST's Stories

Selasa, 26 Januari 2016

Ayo, segera dipesan!
Pembelian 15 buku gratis ongkir. (Alamat Indonesia)
EAST's Stories
Penulis: Adelia Putri Septiani
Penyunting : Muhrodin AM
Tata Letak : Lavira Az-Zahra
Desain Sampul : Lavira Az-Zahra
Redaksi Pena House:
Jalan KNPI Gg. Cendrawasih, Bangkle, Blora, Jawa Tengah 58200
Telepon : 0899-571-8264
Email : azzahra.house834@gmail.com
Facebook: Pena House
Website : penahouseagency
.blogspot.com
Cetakan I, Desember 2015
ISBN : 978-602-389-105-4
 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS