Pages

6 Days

Senin, 29 Februari 2016


Judul: 6 Days
.
First day.
12.45
.
Tanpa perasaan tubuh pemuda itu dibanting, tak ayal kepalanya mulai terasa pening. Tidak hanya sampai di sana, badan kekar itu kembali dihempaskan ke tanah. Rintihan pilu terdengar dari bibir merahnya. Ingin melawan, tapi tenaga telah habis tak tersisa, apalagi ditambah dengan berbagai luka di tubuhnya, membuat ia lemas tidak berdaya.
.
Dua mulut dari pria-pria yang menyiksanya kini terbuka lebar, terbahak puas. "Ini akibatnya jika kau menolak!" salah satu dari orang itu menunjuk, tepat di hidungnya yang kembang-kempis kesulitan bernapas.
.
Walaupun harus bersusah payah, pemuda itu tetap mendecih, meremehkan. Berang. Pria-pria tersebut menginjak-injak tubuhnya yang telentang.
.

Miss Teryous - Sinopsis

Minggu, 28 Februari 2016

Teryous Gilbert King, seorang gadis cantik yang pendiam, dingin, sinis dan juga anti sosial. Ia bersekolah di salah satu universitas tersohor di kotanya, namun itu hanya kedok belaka.Tak ada yang tahu jati dirinya yang sebenarnya. Ia adalah seorang pembunuh sadis yang menerima bayaran dari misi-misi yang terima dari sebuah situs rahasia.
Hidupnya selalu 'tenang' tanpa ada yang mencurigainya. Namun hingga pada suatu hari, kehidupannya terusik dengan kedatangan seorang pria yang berusaha mendekatinya. Tery bersikap cuek, namun pria itu semakin gencar.

Am I Forget?!

Sabtu, 27 Februari 2016

Judul: Am I Forget?!
.

Malam telah melingkupi bumi. Cahaya matahari memang tak akan abadi. Begitu juga kami, manusia-manusia rapuh yang terkadang ... tidak punya hati.
***
Perlahan kurebahkan tubuhku, berharap rasa lelah dan pegal pergi menjauh. Ah iya, aku harus membersihkan diri terlebih dahulu.
.
Dengan setengah hati aku bangun, menyampirkan handuk di bahu, lalu melengganggang ke kamar mandiku yang bersih, seperti biasanya. Namun anehnya, tercium bau anyir dimana-mana. Ah, tidak usah dipedulikan.
.
Malas-malasan, kutanggalkan semua kain yang melekat. Dan akhirnya, aku telanjang bulat. Secara mendadak angin berhembus kuat, menggigilkan tubuhku yang bugil. Ada apa ini?
.
"Mati ...."
.

Rainy Night

Kamis, 25 Februari 2016

Judul: Rainy Night
By: Adelia Putri Spetiani
Berbaring santai di atas bukit sembari melihat bintang bertebaran berkerlap-kerlip sepanjang malam, adalah salah satu kegiatan rutiku setiap hari bersama gadis yang paling kucintai.
Namun satu hal yang berbeda kali ini, dan itu sangat menggangguku. Kemana wajah periang dan selalu tersenyum itu? Kini yang tampak hanyalah wajah suram dan murung, seolah gadisku tengah dilanda masalah besar di hidupnya, dan sialnya aku tak tahu masalah apa itu.
"Ada apa denganmu, Anna?" Ia menghela napas panjang, layaknya seseorang yang sedang memikul beban yang berat.Sepertinya dugaanku benar, dia ditimpa masalah.
"Kenapa hujan tidak segera turun? Padahal sekarang seharusnya adalah musim hujan."
Pertanyaan itu sukses membuat dahiku berkerut. Aku mengerjap beberapa kali, lalu tersenyum memandangnya.

Miss Teryous - Part 12: First Target

Miss Teryous
Part 12: First Target
.
Ryo menghampiri gadis itu. Menatapnya. "Tery, kau tidak butuh napas buatan?"
.
Sontak gadis itu mendelik. Namun tenaganya masih tidak bersisa untuk menjitak kepala pemuda itu. "Cepat bantu aku! Kita pergi dari sini!"
.
Ryo langsung memapah tubuh Tery. Kaos yang semula berwarna putih, kini menjadi merah, ternodai oleh air danau yang tercampur darah. Gadis itu basah, lekuk-lekuk tubuhnya terpampang jelas, dan Ryo tidak kuasa menahan godaan untuk meliriknya. "Apa yang kau lihat, hah?! Akan kucongkel matamu nanti!"
.
Pemuda itu gelagapan, langsung membuang muka. Wajahnya memerah malu bercampur ketakutan, dia sudah melihat langsung bagaimana Tery membunuh korbannya, dan dirinya yakin gadis itu tidak akan segan mewujudkan ancamannya.
.

Miss Teryous - Part 11: Lake

Miss Teryous
Bab 11: Lake
Jleb!
Pisau itu menancap tanah, tapi berhasil menggores lengan Ryo terlebih dulu. Darah segar mengalir dari luka itu.
Ryo mengumpat. Tery bersiaga.
Sebuah kilatan kembali melesat. Kali ini mereka bisa menghindar. Namun saat Ryo melompat mundur, dia tersandung. Tery berdecak, jengkel.
Tiba-tiba kekehan perempuan terdengar nyaring dalam kesunyian hutan itu. Disusul dengan lemparan-lemparan pisau yang bertubi-tubi. Keduanya terus menghindar, melompat mundur, hingga mereka sampai pada area terbuka, tepi danau.
Kekehan lagi-lagi muncul, disusul sosok bayangan yang nampak di antara bayang-bayang pohon, bukan hanya satu, tapi lima sekaligus.
"Kalian jangan hanya bersembunyi," desis Tery, geram.
Sinar bulan mulai menyibak siluet lima wanita cantik yang melangkah perlahan ke arahnya, beserta senyum sinis mereka.

Miss Teryous - Part 10: Terrors

Miss Teryous
Part 10: Terrors
.
"Seperti ... dirimu."
.
Sontak makanan yang hampir Ryo telan manghambur keluar dari mulutnya. Pemuda itu tersedak, lalu terbatuk-batuk hebat hingga hampir membuatnya mengeluarkan air mata. Orang itu tentu saja terkejut, dengan tangkas tangan besarnya hampir menyentuh punggung Ryo bertujuan mengelusnya. Namun Ryo terlebih dahulu berjengit, bangkit, lalu perlahan menjauh.
.
"Se-seperti aku?" Ryo bertanya meminta keyakinan, walaupun ia tahu apabila pendengarannya tidak salah. Tapi rasionalitasnya menolak kebenaran tersebut.
.
"Benar, aku menyukaimu."   Penuh keyakinan orang itu mengangguk.
.

Miss Teryous - Part 9: Her Group

Miss Teryous
Part 9: Her Group
.
Lantai tiga?!

Mereka pasti sudah gila!

"Jangan melotot, kau terlihat seperti orang dungu kalau begitu," ucap gadis itu, masih tanpa ekspresi berarti darinya.

Segera kukerjapkan mataku berkali-kali, tak lupa mengatupkan mulutku yang tanpa sadar menganga. Menurutku wajar saja jika aku terkejut, lantai tiga itu termasuk tinggi jika kau memutuskan untuk melompat langsung, tapi melakukannya sama dengan bunuh diri!

Samar-samar grasak-grusuk terdengar dari bawah sana, lalu rintihan kesakitan menyusul kemudian. Apakah mereka baik-baik saja?

***

Miss Teryous - Part 8: Sadarkan

Miss Teryous
Part 8: Sadarkan (Ryo's POV)

Wing! Wing! Wing!

Baling-baling helikopter itu masih berputar di atas kawasan hutan itu, mengawasi dari ketinggian. Sesosok pria paruh baya dengan tenang menyaksikan setiap rinci kejadian tadi, sorot matanya terlihat dingin namun senyum setipis kertas terlukis di wajahnya. Dengan gerakan angkuh ia menghisap batang rokoknya, menghembuskannya asapnya dengan angkuh pula. "Ternyata kau sudah tumbuh besar ..., Tery."

***

Gelap dan sendirian.

Dimana ini?

Dengan bingung kuedarkan pandanganku ke segala arah, namun percuma saja. Hanya kegelapan mutlak yang bisa kulihat.

Miss Teryous - Part 7: Crash!!

Miss Teryous
Part 7: Crash!!

"Aw!" rintih Tery, tangan kirinya menekan luka serempetan peluru di pinggangnya agar tidak terus mengalirkan darah, sedangkan tangannya yang lain sibuk menyetir.

Dor! Dor!

Tembakan terus mengarah ke arah mobil yang ia tumpangi. Sedangkan, Ryo hanya duduk tegang dengan jantung yang berdebaran. Tangannya mencengkram erat jok kulit yang ia tumpangi.

"Sial!"

Tery terus menekan pedal gasnya dalam-dalam. Dor! Dor! Dor! "Mereka terus menembak. Cih!" umpat gadis itu geram.

Mata coklatnya kemudian melirik Ryo yang sedang melotot ngeri melihat laju mereka.

Miss Teryous - Part 6: Attack

Miss Teryous
Part 7: Attack

Keesokan harinya.

Tery terduduk di bangku kuliahnya, memasang sikap tenang. Sesekali, gadis itu menguap bosan dengan penjelasan dosen di depannya. Otak jeniusnya sudah mengetahui semua pelajaran dosennya, bahkan sebelum dosen itu menyampaikannya ia sudah menguasainya.

Sebenarnya, Tery sangat berharap jika ledakan kemarin membakar kelasnya, atau bahkan seluruh bangunan kampusnya. Sehingga ia bisa berleha-leha dirumah ataupun merencanakan 'sesuatu' daripada mendengar penjelasan bodoh dari laki-laki tua yang berdiri di depan kelasnya. Namun sayang, ledakan kemarin hanya membakar area parkir dan sebagian laboratorium—yang sekarang tengah direnovasi.

Miss Teryous - Part 5: Boom Again!

Miss Teryous
Part 5: Boom Again!

"Mari kita mulai pertunjukannya."

Kedua gadis itu sama-sama menyeringai. Sama-sama cantik. Namun juga sama-sama sadis.

"Menyeranglah lebih dulu, BooMia," ujar Tery sembari menatap tajam musuhnya.

Gadis di hadapannya pura-pura tersentak, lalu berkata dengan nada yang dibuat-buat, "oh, kau tahu namaku ternyata."

Tery berdecak kesal. " Ck, bagaimana aku bisa tidak tahu orang yang sudah meledakkan motorku," desisnya sinis.

Mia tertawa, namun kemudian mengambil salah satu bom kecilnya. "Baiklah, kalau itu maumu."

Tit!

Miss Teryous - Part 4: Ka-boom!

Miss Teryous
Part 4: Ka-Boom!

"Maukah kau pulang bersamaku?"

Lagi-lagi, Ryo berhasil membuat Tery melebarkan matanya. Tery kembali mengumpat dalam hatinya, apa dia sudah gila?

"Tentu saja, tidak akan," jawabnya ketus. Tanpa memperdulikan Ryo yang memanggil-manggil namanya, Tery terus berjalan menjauh dari perpustakaan dengan terburu-buru.

Ryo berusaha mengejarnya, dan akhirnya dapat mencekal tangan Tery. Namun sebelum Ryo mengucapkan permohonannya, Tery lebih dahulu menyelanya. "Jangan sentuh aku!"

"Ayolah, kumohon! Pulanglah bersamaku," Ryo masih tetap bersikukuh, tak memperdulikan peringatan yang Tery lontarkan sebelumnya. Tapi kemudian ia teringat kejadian saat di taman, sewaktu Tery membantingnya. Alhasil Ryo segera melepaskan tangan Tery yang ia cekal.

Miss Teryous - Part 3: Library

Selasa, 16 Februari 2016

Miss Teryous
Part 3: Library

Tery menjatuhkan balok kayu yang berlumuran darah itu, lalu mencabut pisau lipatnya dari kepala salah satu korbannya. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, setelah memastikan tak ada saksi mata, ia melangkah pergi dengan acuh, meninggalkan mayat-mayat yang tergeletak mengenaskan di belakangnya.

"Cih, menyusahkan saja!"

***
15.45

Seorang gadis terlihat sibuk mengotak-atik laptop merah di hadapannya. Ia terduduk di satu-satunya deretan kursi paling pojok di perpustakaan tersebut. Sendirian di perpustakaan remang yang sepi.

Tap! Tap! Tap!

Miss Teryous - Part 2: Kencan?

Kamis, 11 Februari 2016

Miss Teryous
Part 2: Kencan?

"Aku ingin mengajakmu berkencan."

Tery membulatkan matanya, lalu sebuah tawa sarkastik meluncur dari bibir merahnya. "Dia pasti gila," gadis itu mencibir dalam benaknya.

"Cih! Aku bahkan tidak mengenalmu," ungkap gadis itu sinis. Tanpa disangka-sangka, pemuda itu malah mengulurkan tangannya, senyumnya makin terkembang di wajah tampannya. "Namaku Ryo. Ryous Michael Style."

Tery memutar bola matanya  malas, lalu menghela napas berat, mulai jengah dengan sikap pria di hadapannya. "Aku tak menanyakan namamu!" dengusnya.

"Maukah kau berkencan denganku?"
***

Miss Teryous - Part 1: Tamu Tak Diundang

Miss Teryous
Part 1: Tamu Tak Diundang

"Hai, bolehkah aku masuk?"

Tery terdiam. Kerutan samar muncul di keningnya. Ia tak pernah mendapat tamu sebelumnya. Bagaimana ia harus menghadapi pria ini?

Baru saja mulutnya ingin menolak, namun sebuah suara mengurungkan niatnya.

Pyar!

Dengan refleks gadis itu mengalihkan pandangan. Suara itu berasal dari kamarnya. "Penyusup," gumamnya lirih, hingga hanya ia yang bisa mendengarnya.

"Terima kasih." Tiba-tiba pria yang tidak ia kenal seenaknya masuk ke dalam rumahnya. Sebuket bunga mawar yang dibawanya tadi ia taruh di meja terdekat, sedangkan tubuh kekarnya bersandar pada sofa kulit empuk berewarna putih milik Tery.

 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS