Pages

Tied Up! (Last Bab: Dia Gila, Gue Gila!)

Jumat, 26 Mei 2017

Siapa yang bersuara?!
.
Tidak mungkin itu Jimin. Tidak!
.
Saat aku berbalik, apa yang di hadapan membuatku tercengang. Dia, Susi?! Eh, maksudku, Suga?!
.
"Lama tidak berjumpa,Sayang." Pria itu mengedipkan sebelah matanya, aku bergidik, menjijikkan sekali!
.
"Karena kau sudah mengetahuinya, mari kita tuntaskan sekarang," seringai mengerikan ada di wajah putih mulusnya, tangannya yang bahkan terlihat lebih halus dari pantat bayi terulur, menjangkau pundakku, tapi sebelum itu tangan lain menarikku menjauh, membuatku berada di posisi belakang punggung nan kokoh.
.
/Untuk kali ini saja, biarkan dia jadi milikku, Kak./
Walau rasa mual masih menggelayut akibat ruangan penuh darah tadi, tapi desir hangat saat Jimin mengisyaratkan bahwa aku miliknya membuat kupu-kupu terbang di perutku.
.
Tunggu ....
.
"Kak?!"
.

Tied Up! (Bab 3: Ih, Gemesin!)

Diam.
.
Hening.
.
Sedari tadi Jimin diam tanpa melakukan apapun. Hanya menatapku tajam dan mematikan dengan mata sipit coklat polosnya, bibir yang merah muda juga menggemaskan itu mengerucut dan maju beberapa senti. Dia ngambek. Aduh, aku baru tahu penculik bisa ngambek.
.
"Jimin!"
.
Tidak ada balasan.
.
"Jimin!"
.
Aih, kacang!
.
"Jimin, aku lapar!" Untuk pertama kalinya setelah berdiam diri sekian lama, akhirnya ia bergerak, tangannya yang kekar mengambil sebuah piring di nakas yang berisi segunduk nasi dan tumpukan lauk. "Aku harus makan sendiri, jadi kau harus—" Bahkan belum sempat menggenapkan kalimatku, pelototan ganas darinya membuatku bungkam. Serupawan apapun juga seorang manusia, tetap saja menyeramkan jika bola matanya sudah ingin keluar.
.

Pisces (The Zodiac)

"Hei, katanya Pak Edi akan diangkat menjadi Kepala Bagian Pelayanan Medik."
.
"Wah, benarkah? Kupikir Pak Zamil, kau tahu kan, dokter tampan itu."
.
"Ah, benar juga. Tapi kan ... Pak Edi adalah menantu pak direktur, jadi wajar saja."
.
"Tidak adil! Pak Zamil kan—Aw!" Perawat itu melotot ke teman gosip yang sudah menyikut pinggangnya, mata mendelik tidak terima, masih belum mengetahui seorang laki-laki juga menunggu lift bersama mereka.
.
"Pak Edi naik jabatan, ya?" pemuda itu bertanya, di bibir hanya senyum yang bertahta, berbanding terbalik dengan wajah yang tertarik kaku sekeras bata.
.
"E-eh, selamat pagi, Pak Zamil," gelagap perawat itu. Lagi-lagi, kekesalan tertumpah ke orang sebelahnya yang sekarang gugup menatap sepatu.
.
"Santai saja denganku, panggil saja Zamil, umurku baru 20 tahun, lebih muda dari kalian."
.
Ting!
.
 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS