Pages

Fire

Jumat, 30 Juni 2017

Rain, kau adalah kesejukan dalam panasnya matahariku. Maukah kau menjadi hujanku?
Terima cintaku dengan mengirimkan lagi surat ini beserta "Ya".
Jika tidak, bakar saja.
Tertanda, Surya.
***
Asap kelabu membumbung tinggi di antara awan, menggelapkan langit yang semula benderang. Sedangkan, gugusan api berkobar ganas membakar segala barang, menghanguskan.
"Rain!" Kepala Surya celingukan sedari tadi, berusaha menemukan sahabat tersayang di antara orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri. Namun sosok gadisnya tidak terdeteksi. "Sial!"
Lalu, tidak ada yang sempat mencegahnya untuk menerobos gedung yang terkungkung jago merah itu.
Jilatan api di sekeliling seolah memanggangnya, asap menyesakkan dada, bahkan ia harus berjuang keras untuk tidak terbatuk saat mengambil udara.
"Rain!" Kaki panjang Surya melangkah lebar-lebar dengan tergesa, tapi masih belum menemukan tanda Rain berada.
Ia makin panik. Karbon yang ia hirup sekarang mencekik, pandangannya mulai dipenuhi bintik.
"Rai-"

I Need U

Sabtu, 03 Juni 2017

Tangan putih pria itu membalik tiap halaman koran, mencari berita yang sekiranya menarik perhatian. Tiba-tiba terdengar denting gelas dari depan, lalu saat ia mendongak tatapannya berubah mematikan.
"Ini kopi untukmu, Oppa." Haneul membungkuk dengan susah payah, perut besar menyulitkan pergerakannya.
"Siapa yang menyuruhmu, huh? Jangan buatkan lagi," tandas Suga langsung. Setelah beberapa detik memberikan tatapan sarat ancaman, ia kembali menekuri lembar-lembar informasi di genggaman.
"Ah, maaf." Haneul menunduk dalam, tangan mengelus kandungan. Usaha baiknya tidak dihiraukan, sengatan tajam di hati berimbas pada mata yang mulai kemerahan.
***
"Oppa, bisa kau buatkan aku semangkuk bubur?" hati-hati perempuan bermata coklat tersebut meminta, berharap kali ini saja sang suami memenuhi permintaannya.
Namun ekspresi laki-laki itu menggelap. "Tidak."
"Tolong, kali ini saja. Aku janji tidak akan me—"
"Kubilang tidak! Kau pesan di restoran saja. Jangan memerintahku." Bentakan kasar seperti itu sudah ia terima setiap hari, tapi tetap saja retak kian menganga di hati.

Anomaly Life

Jumat, 02 Juni 2017

Ia mematut diri. Perlahan bibirnya dimerahkan oleh lipstick di jemari, juga menyapukan warna cerah yang meronakan pipi. Rambut indah panjang bergelombang ia gerai, cantik bak peri.

"Apa-apaan ini?!" Ibunya menderap murka. Kerjap selanjutnya, segala alat rias pecah berhamburan, jatuh mengenaskan dari meja.

Plak! "Kau itu laki-laki, Dito!"

Mata coklat bening itu berkaca-kaca, tapi tidak sudi ia menangis di hadapan ibunya. "Aku Dita, Bu! Kak Dito sudah mati! Mati!"

Wajah wanita paruh baya tersebut makin memucat menahan geram. Tanpa basa-basi surai hitam Dita dicengkram, menggeretnya ke kamar mandi bersama tubuh mungil yang terseret kejam. Sampai di sana, kepala ditenggelamkan paksa dalam kubangan air keran. Setengah menit lamanya, saat kembali diangkat gadis itu terbatuk hebat, hidung serta mulut terbuka berusaha meraup sebanyak mungkin oksigen yang ada. Belum sempat bernapas benar, ia kembali dihempaskan ke lantai oleh ibunya. Lalu desing aneh terdengar di telinga, matanya melebar ngeri dengan apa yang ibunya bawa, kabur sudah terlambat karena tubuh wanita paruh baya tersebut telah menindihnya, mengekang raga.

Anyeong, Junie!

Kamis, 01 Juni 2017

Yeonbi meringkuk dalam kesedihan di tengah hujan, basah oleh guyuran langit dan air mata yang tidak terhentikan.
"Memangnya aku bisa memastikan kalau itu adalah perbuatanku?" Untuk kesekian kalinya perkataan itu berulang, menjatuhkannya lagi pada perasaan kelam di jurang keputusasaan.
Dasar bajingan!
***
31 Mei 2017
Petir menyambar marah, gemuruh angkasa meraung garang pada siapa saja. Langit malam Seoul kala itu sedang murka.
"Teruskan!"
Seorang wanita tua—bidan—terus berteriak pada wanita di hadapan, yang telah kuyup oleh peluh dalam perjuangan untuk melahirkan anak tak diharapkan.
Kontraksi kembali datang. Yeonbin tenggelam dalam kesakitan, kain kumal yang ia gigit untuk menahan teriakan membuat rahangnya kram.
Ada yang bidan itu khawatirkan. Tangan keriputnya mengambil gunting kemudian memecah paksa air ketuban yang ada di dalam.
Menit-menit berlalu menegangkan, ada nyawa yang dipertaruhkan. Berita buruknya sang bayi belum juga bisa dikeluarkan.
Yeonbin untuk kesekian kalinya mengejan. Butuh usaha keras karena tubuhnya lemas dan kesakitan. Namun pada akhirnya kepala bayi mulai menunjukkan penampakan.
Hanya sampai itu.
 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS