Rain, kau adalah kesejukan dalam panasnya matahariku. Maukah kau menjadi hujanku?
Terima cintaku dengan mengirimkan lagi surat ini beserta "Ya".
Jika tidak, bakar saja.
Tertanda, Surya.
***
Asap kelabu membumbung tinggi di antara awan, menggelapkan langit yang semula benderang. Sedangkan, gugusan api berkobar ganas membakar segala barang, menghanguskan.
***
Asap kelabu membumbung tinggi di antara awan, menggelapkan langit yang semula benderang. Sedangkan, gugusan api berkobar ganas membakar segala barang, menghanguskan.
"Rain!" Kepala Surya celingukan sedari tadi, berusaha menemukan sahabat tersayang di antara orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri. Namun sosok gadisnya tidak terdeteksi. "Sial!"
Lalu, tidak ada yang sempat mencegahnya untuk menerobos gedung yang terkungkung jago merah itu.
Jilatan api di sekeliling seolah memanggangnya, asap menyesakkan dada, bahkan ia harus berjuang keras untuk tidak terbatuk saat mengambil udara.
"Rain!" Kaki panjang Surya melangkah lebar-lebar dengan tergesa, tapi masih belum menemukan tanda Rain berada.
Ia makin panik. Karbon yang ia hirup sekarang mencekik, pandangannya mulai dipenuhi bintik.
"Rai-"