Pages

Spring Day

Sabtu, 08 Juli 2017

Tidak ada yang bisa kulakukan selain membiarkan rindu menjerat hati.
***

Musim salju masih dilalui, kristal nan dingin menyelebungi tiap sudut kota ini. Kata orang putih artinya suci, bagiku? Mati.

Sering aku bertanya-tanya, apabila aku menjadi debu yang diterbangkan angin, akankah kita bertemu lebih leluasa? Atau tetap saja menjadi nasib yang sudah-sudah?

"I miss you." Hening sesaat. "Miss you too," balasnya dari seberang telepon dengan sedikit tercekat. Dan aku tahu, rindu membunuh kita lamat-lamat.

"Tunggu sebentar lagi, aku akan segera pergi dari sini."
***

Dari Matamu

Bodoh! Kenapa aku bisa tergila-gila?
***

"Kak?"

"Eh!" Aku tersentak dengan kibasan tangannya, mengembalikan kesadaran yang sempat kemana-mana. Ia tertawa. Mata yang tadi menenggelamkanku kini menyipit manis, aku suka.

"Ada apa, Kak? Kok nyuruh aku ke sini?" Manik biru indah itu menjelajah, memandang alam dari rumput-rumput liar di belakang sekolah, tempat aku membawanya.

"Erm, itu ...," ujarku menggantung, dengan nada gugup, senang, serta perasaan yang terselubung.

Kakiku bergerak-gerak tidak tenang. Dan kupastikan wajahku semerah kepiting panggang. Sial, aku tidak tahan.

Seolah bisa membaca pikiranku, gadis itu ikut tersipu. Mata yang membuatku jatuh hati kini berkedip-kedip malu. "Apa mungkin Kakak ingin--"

"Ya!"

Biarlah!

Hate Me!

Senin, 03 Juli 2017

"Bencilah aku!"
***
Kerlip ceria lampu bianglala terlihat di kejauhan, sungguh indah dalam pandangan, juga sakit menikam. Pria di sebelahku melihatnya dengan mata menerawang, atensinya beralih kemudian. "Rain, itu wahana terakhir kita, kan?" tanyanya dengan senyum perih terpampang. Sedangkan aku hanya berjalan, berusaha menghindari tatapan matanya yang sekelam arang.
.
"Cepatlah, bodoh!"
***
Bianglala setinggi 100 meter tersebut menjulang, berdiri kokoh dengan langit malam sebagai latar belakang. "Silahkan, Tuan dan Nyonya," petugas beraut ramah itu menggumam.
.
Surya naik terlebih dahulu, saat aku ingin mengikuti tindakan itu, tangannya terjulur padaku. "Hati-hati," ujarnya lengkap dengan lengkung bibir dan mata teduh.
.
Ingin hati meraih, tapi akal menghalangi. "Tidak! Minggir!" Kelembutan Surya kutepis kasar, wajahnya mengukir sedih, begitu pun diri sendiri.
.
 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS