"Selamat siang," sapa Vlau tepat setelah aku membuka pintu. Senyumnya merekah lebar dengan keceriaan yang tercermin dari perilaku.
"Masuk."
Manik gadis tersebut menetap pada wajahku. "Bisa langsung kulihat?" tanya dia langsung, binar matanya yang amat menyilaukan pandangan, hanya karena kupu-kupu.
"Ayo."
Langkahnya tanpa suara mengikuti dari belakang. Namun aku tahu kepalanya takkan diam. Sudah bisa dipastikan netra Vlau akan kesana-kemari bersamaan mulut yang tidak bisa bungkam, terbuka oleh keterpesonaan.
"Mana sih? Kat--"
"Vlau." Keluhan terpotong panggilanku.
"Eh, iya?" jawabnya agak gelagapan, sedikit tersipu.
"Kenapa kau bersikeras ingin melihat kupu-kupuku?"
"Masuk."
Manik gadis tersebut menetap pada wajahku. "Bisa langsung kulihat?" tanya dia langsung, binar matanya yang amat menyilaukan pandangan, hanya karena kupu-kupu.
"Ayo."
Langkahnya tanpa suara mengikuti dari belakang. Namun aku tahu kepalanya takkan diam. Sudah bisa dipastikan netra Vlau akan kesana-kemari bersamaan mulut yang tidak bisa bungkam, terbuka oleh keterpesonaan.
"Mana sih? Kat--"
"Vlau." Keluhan terpotong panggilanku.
"Eh, iya?" jawabnya agak gelagapan, sedikit tersipu.
"Kenapa kau bersikeras ingin melihat kupu-kupuku?"