Memulai tuk asah pena, wajar bukan bagi manusia untuk belajar dari semula?
#Newbie_beraksi Nih cerita agak-agak ... gimana gitu ya --" 15+ Belum cukup umur jangan baca!
.
Judul: Me
By: Adelia P.S
.
Byur!
.
Air bekas cucian itu disiramkan padaku, aromanya menyengat dengan berbagai sampah bau. Mulut mereka terbuka lebar, terbahak oleh kejadian nista yang menimpaku. Sedangkan diri ini, hanya tergugu. Memangnya apa yang bisa dilakukan gadis bisu?
#Newbie_beraksi Nih cerita agak-agak ... gimana gitu ya --" 15+ Belum cukup umur jangan baca!
.
Judul: Me
By: Adelia P.S
.
Byur!
.
Air bekas cucian itu disiramkan padaku, aromanya menyengat dengan berbagai sampah bau. Mulut mereka terbuka lebar, terbahak oleh kejadian nista yang menimpaku. Sedangkan diri ini, hanya tergugu. Memangnya apa yang bisa dilakukan gadis bisu?
Mataku memerah menahan sedih, walaupun tetap saja hati teriris pedih. Menunduk, aku bergegas pergi. Mungkin belum cukup keadaan memalukan ini, kini mereka menjegal kaki. Daguku terantuk, aku meringis karena kulit yang tergores perih. Aku tau diri, anak manja kaya seperti mereka tidak akan mempan diperingati.
Aku hanya bisa berlari, dengan air mata yang mengalir di pipi.
.
Lepas dari sekolah, kini harus melewati jalanan rumah.
Tiap detik tidak akan terlewati tanpa pandangan hina. Orang-orang yang kulalui menatapku layaknya seonggok daging busuk tidak berguna. Aku sudah biasa, tapi tetap saja bukti kesedihan menganak sungai begitu saja. Dan kenapa? Aku tidak berbuat hal yang salah!
.
Tiba-tiba sebuah batu menimpa kepala. Kulirik anak-anak nakal yang terus saja memanggilku "orang gila". Mungkin gara-gara seragam kumuh dan tampilan acak-acakan yang membuatku disamakan dengan kaum rumah sakit jiwa. Biarkan saja. Toh, kesehatan mentalku tidak apa-apa, mungkin hanya ... terbebani beberapa masalah.
.
Rumah kini di depan mata. Hanya tinggal beberapa langkah, dan aku akan menemui perempuan yang melahirkanku di dunia. Namun sebelum pintu terbuka, aku mendengar suara barang pecah. Bencana, sebuah pertengkaran rumah tangga.
.
Pintu berupa triplek itu terbanting keras, alkohol tercium dari bau napas. Ayah melirikku beringas, satu ayunan tangan dan aku terhempas. Kemudian ia pergi, setelah mengucapkan beberapa kutukan dan kata-kata pedas. Satu kebahagiaan lagi kandas.
.
Kumelangkah masuk. Seketika dibuat terkejut pada tubuh ibuku yang ambruk. Segera aku membopongnya menuju kursi kayu yang telah lapuk, membuatnya terduduk. Beberapa detik kemudian dia terbatuk-batuk, lalu membuka perlahan matanya yang masih seperti orang mengantuk. Melihatku, mata merahnya menjelma belati yang siap menusuk.
.
"Anak sialan, enak saja kau malas-malasan di sini! Cepat bereskan pekerjaan rumah yang sudah menumpuk itu! Dasar pemalas!"
Aku? Hanya bisa menunduk dengan kepala yang terangguk-angguk.
***
Satu persatu kayu bakar kupungut. Hati-hati aku berjalan di antara tanah dan batu penuh lumut. Berada di tengah hutan seperti ini sebenarnya membuatku takut. Seolah akan ada yang mengawasiku dari tiap sudut. Namun itu hanya khayalan seorang pengecut. Bukankah seperti itu?
.
Tiba-tiba sebuah bayangan hitam melintas. Imajinasi-imajinasi mengerikan di otakku makin membuatku cemas. Peluh dingin di dahiku mengalir deras. Dan bunyi gemerusuk di balik semak-semak berakibat wajahku yang makin pias. Inikah akhir kisah gadis malang? Dimakan hewan buas?
.
Langkah lembut mengalun di antara kegelapan hutan, berimbas pada degup jantungku yang terus saja menambah kecepatan. Sosok itu semakin jelas kelihatan, perlahan wujudnya ditimpa sinar rembulan. Seekor macan!
Terpampang jelas jajaran gigi tajamnya yang mungkin memang sengaja dipamerkan, serta air liur yang terus saja menetes menjijikkan. Tremor tubuhku tidak dapat dihentikan. Binatang itu menatapku dengan mata kelaparan.
.
Kayu bakar yang kugendong jatuh berhamburan. Suara berisik yang kubuat membuatnya menggeram, ancaman yang tentu tidak perlu disampaikan secara lisan. Rasa syok berkibat tubuhku mematung tidak bisa digerakkan. Tuhan, kenapa aku selalu ditimpa kesialan?
.
Mendadak ia meloncat, kututup mataku dengan rapat, bersiap menyambut ajal yang makin mendekat.
.
Beberapa detik berlalu, tapi tidak ada yang menerkam tubuh kurusku. Ada apa dengan macan itu?
.
Takut-takut kubuka mata, dan hal yang terlihat di hadapanku membuatku menganga. Hewan itu mati oleh panah yang tertancap di perutnya! Namun, perbuatan siapa?
.
"Kau tidak apa-apa?" Aku berjingkat kaget, membuatku sontak terpeleset. Rintihan keluar dari mulutku karena beberapa lecet.
.
Sebuah tangan terulur padaku, seketika aku mendongak, hingga beradu pandang dengan mata biru yang menyejukkan kalbu. Baiklah, aku menerimanya tanpa ragu-ragu. Akan jarang kau temui individu yang rela membantu seorang gadis bisu.
.
"Hai!" sapanya ramah. Aku mengangguk dengan sebuah senyum yang sedikit paksaan terbentuk.
.
Kuteliti wajah yang seolah familiar beserta penampilannya. Kulit halus dan putih, membayangkan menyentuh saja membuatku takut merusak kesuciannya. Rambut sekelam arang, yang dengan lembut tertiup semilir angin malam. Kemudian hal yang paling kusukai, mata biru sejernih lautan, yang seolah menenggelamkan kenyataan saat kau bertatapan. Bajunya dari kulit binatang, sepertinya memang berniat berburu hewan.
.
Terima kasih.
.
"Ah, maafkan aku." pintanya sopan. Sorotnya terlihat sarat penyesalan. Padahal dia tidak melakukan kesalahan, bukan? Sebagai balasan, aku tersenyum penuh kemakluman.
.
Secara mendadak dia melihat jam tangan. Kemudian, gemerusuk lain berdatangan. Aku harap kali ini bukan ancaman. "Hei, apa yang kau temukan, Boy?" Muncul empat pemuda menawan. Ini keajaiban!
"Oh!" Keempatnya berseru saat melihatku. Kuharap penampilan tidak membuatku malu. Tapi tunggu, aku seperti kenal wajah-wajah itu.
"Kau punya tangkapan ternyata, " sorak salah satu dari mereka.
.
Sial! Mereka buronan polisi yang diincar karena memperdagangkan organ manusia!
.
Tamat.
.
Cerpen ini terinspirasi dari lagu Save Me - BTS.
Warning! Dilarang plagiat, udah dilindungi hukum nih cerita. Sudah dibukukan!
Satu persatu kayu bakar kupungut. Hati-hati aku berjalan di antara tanah dan batu penuh lumut. Berada di tengah hutan seperti ini sebenarnya membuatku takut. Seolah akan ada yang mengawasiku dari tiap sudut. Namun itu hanya khayalan seorang pengecut. Bukankah seperti itu?
.
Tiba-tiba sebuah bayangan hitam melintas. Imajinasi-imajinasi mengerikan di otakku makin membuatku cemas. Peluh dingin di dahiku mengalir deras. Dan bunyi gemerusuk di balik semak-semak berakibat wajahku yang makin pias. Inikah akhir kisah gadis malang? Dimakan hewan buas?
.
Langkah lembut mengalun di antara kegelapan hutan, berimbas pada degup jantungku yang terus saja menambah kecepatan. Sosok itu semakin jelas kelihatan, perlahan wujudnya ditimpa sinar rembulan. Seekor macan!
Terpampang jelas jajaran gigi tajamnya yang mungkin memang sengaja dipamerkan, serta air liur yang terus saja menetes menjijikkan. Tremor tubuhku tidak dapat dihentikan. Binatang itu menatapku dengan mata kelaparan.
.
Kayu bakar yang kugendong jatuh berhamburan. Suara berisik yang kubuat membuatnya menggeram, ancaman yang tentu tidak perlu disampaikan secara lisan. Rasa syok berkibat tubuhku mematung tidak bisa digerakkan. Tuhan, kenapa aku selalu ditimpa kesialan?
.
Mendadak ia meloncat, kututup mataku dengan rapat, bersiap menyambut ajal yang makin mendekat.
.
Beberapa detik berlalu, tapi tidak ada yang menerkam tubuh kurusku. Ada apa dengan macan itu?
.
Takut-takut kubuka mata, dan hal yang terlihat di hadapanku membuatku menganga. Hewan itu mati oleh panah yang tertancap di perutnya! Namun, perbuatan siapa?
.
"Kau tidak apa-apa?" Aku berjingkat kaget, membuatku sontak terpeleset. Rintihan keluar dari mulutku karena beberapa lecet.
.
Sebuah tangan terulur padaku, seketika aku mendongak, hingga beradu pandang dengan mata biru yang menyejukkan kalbu. Baiklah, aku menerimanya tanpa ragu-ragu. Akan jarang kau temui individu yang rela membantu seorang gadis bisu.
.
"Hai!" sapanya ramah. Aku mengangguk dengan sebuah senyum yang sedikit paksaan terbentuk.
.
Kuteliti wajah yang seolah familiar beserta penampilannya. Kulit halus dan putih, membayangkan menyentuh saja membuatku takut merusak kesuciannya. Rambut sekelam arang, yang dengan lembut tertiup semilir angin malam. Kemudian hal yang paling kusukai, mata biru sejernih lautan, yang seolah menenggelamkan kenyataan saat kau bertatapan. Bajunya dari kulit binatang, sepertinya memang berniat berburu hewan.
.
Terima kasih.
.
"Ah, maafkan aku." pintanya sopan. Sorotnya terlihat sarat penyesalan. Padahal dia tidak melakukan kesalahan, bukan? Sebagai balasan, aku tersenyum penuh kemakluman.
.
Secara mendadak dia melihat jam tangan. Kemudian, gemerusuk lain berdatangan. Aku harap kali ini bukan ancaman. "Hei, apa yang kau temukan, Boy?" Muncul empat pemuda menawan. Ini keajaiban!
"Oh!" Keempatnya berseru saat melihatku. Kuharap penampilan tidak membuatku malu. Tapi tunggu, aku seperti kenal wajah-wajah itu.
"Kau punya tangkapan ternyata, " sorak salah satu dari mereka.
.
Sial! Mereka buronan polisi yang diincar karena memperdagangkan organ manusia!
.
Tamat.
.
Cerpen ini terinspirasi dari lagu Save Me - BTS.
Warning! Dilarang plagiat, udah dilindungi hukum nih cerita. Sudah dibukukan!
;v
BalasHapus