Pages

Muak

Selasa, 12 April 2016

Judul: Muak!
Oleh: Adelia P.S

Aku sudah muak dengan tingkah lakunya. Ia terlalu susah diatur dan seenaknya sendiri. Tingkahnya kian hari membuatku jengkel, bahkan sempat mengamuk-ngamuk
.

Kubawa sebilah pisau yang telah diasah, menyembunyikannya di balik punggungku. Saat kuhampiri, ia tengah bermain-main dengan riangnya di depan rumahku. Ck! setelah ini kau tak akan bisa bermain-main lagi. Tanpa sadar, seringai tersemat di bibirku.



Aku berlari, mencoba menangkapanya. Ia sangat gesit, hingga aku kesulitan menangkapnya. Berlari, berlari, dan terus berlari. Hanya itulah yang bisa ia lakukan.

Sial! Ia berusaha menghindariku dengan berlari ke arah kebun--yang tak terurus--di belakang rumahku. Duri-duri dari semak belukar menusuk kulitku.

"Kau harus membayar mahal dengan semua ini," gumamku geram.

Aku semakin gencar mengejarnya. Dengan tubuhnya yang kecil, ia lebih leluasa berlarian di kebun ini. Namun, aku tak akan menyerah. Tidak akan.

Semangatku kembali terpacu, kala melihat tubuh kecilnya mulai kelelahan. Ku percepat langkah kakiku.

Hap!

"Akhirnya, aku dapat menangkapmu, bedebah kecil."

Ia meronta-ronta, berusaha melepaskan tubuhnya dari cengkramanku. Kaki-kaki kecilnya menendang-nendang udara kosong. Sebenarnya, rontaannya menyusahkanku. Bahkan, beberapa kali ia hampir terlepas. Namun, itu tak akan ku biarkan. Setelah beberapa menit lelah berjuang untuk menangkapnya, tak akan semudah itu ia akan lepas.

Perlahan namun pasti, ku gorok lehernya dengan pisau yang telah ku asah--setajam mungkin. Rontaannya mulai mengendur, digantikan pekikan kesakitan yang keluar darinya. Darahnya mengucur deras dan bau anyir mulai tercium.

"Ha ha ha," aku tertawa. Mungkin orang yang melihatku akan berpikir aku gila. Namun, aku tak peduli.

"Kau mencari masalah dengan orang yang salah, bedebah kecil."

Ia tak bergerak, mungkin ia sudah mati. Ku lempar dengan asal bangkainya--dengan kepala yang hampir putus. Lagipula, dagingnya pasti alot saat ku makan. Noda merah mengotori baju putih yang ku pakai.

Mungkin setelah ini, tak akan ada yang buang air sembarangan di rumahku, tak akan ada lagi yang memporak-porandakan dapurku hingga semua piring pecah, dan tak akan ada lagi yang berisik di siang bolong--mengganggu tidur siangku. Ia sudah membuatku jengkel, maka kematianlah harga mati untuknya.

"Dasar! Ayam sialan!"

Tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS