By: Adelia P.S
Neraka bocor, begitulah yang kusimpulkan. Udara dan sinar yang menyengat membakar kulit, tidak ada angin segar sama sekali, malah debu kering yang berhamburan menyesakkan dada. Hanyala rumah satu-satunya tempatku bernaung dari itu semua.
.
Akhirnya. Kuseka keringatku dari pelipis, sebuah tanda dari kerja keras—atau kegerahan. Ceritaku telah selesai. Sekarang, hanya tinggal mempublikasikan
Beberapa menit kemudian.
.
Belum ada respon. Padahal aku yakin banyak yang sudah membaca karyaku. Ah, silent reader yang terlalu jamak. Aku benci mereka. Orang yang tidak mengharagai karya orang lain, akan sulit mendapat pengakuan dari orang lain pula. Camkan saja!
.
Tring!
.
Sebuah pemberitahuan masuk. "Muhammad Ariq Ramadhan dan Riani Saputra menyukai kiriman anda." Setidaknya masih ada yang tidak terlalu malas hanya untuk menekan "Like".
.
Tanpa sadar aku tersenyum. Tidak ada yang lebih baik bagi seorang penulis selain respon, kritik serta saran yang membangun, untukku seperti itu.
.
Tring!
.
Pemberitahuan lagi! Dengan sigap kubuka. Dan seketika terpaku.
.
San San
Newbie? Jangan menipu
.
Kikikan kecil menyelip keluar dari bibir. Tidak diragukan, dia member lama di grup ini, dan mengenalku.
.
Adelia Putri Septiani
Saya memang newbie '-'
.
Hanya beberapa detik sudah ada balasan.
.
San San
Yang newbie aja kayak gini, gimana nasib yang lebih buruk karyanya Jangan mengaku-ngakula
.
Aku punya alasan, Kawan.
.
Kubiarkan komen itu tidak berbalas. Namun baru saja handphone kuletakkan, pemberitahuan baru muncul.
.
Tring!
.
Lilo Palevie InHere
Karya macam apa ini?! Tidak jelas, juga sulit dimengerti!
.
Kurang ajar! Kucoba menormalkan napasku yang memburu karena amarah. Tidakkah dia tahu, membuat sebuah karya itu bukan hal mudah.
.
Adelia Putri Septiani
Ugh! Maaf, bisakah anda tidak terlalu kasar?
.
Lilo Palevie InHere
Kau newbie, jangan berani-beraniny
.
Orang ini ...!
.
Kutinggalkan Facebook sejenak. Kemudian membuka sebuah aplikasi rahasia. Kutekan namanya, memasukkan beberapa kode, dan akhirnya hasil ditemukan.
.
Karawang, huh?
***
Keesokan harinya.
.
TRAGIS! SEORANG SISWA SMPN 1 TIRTAMULYA DITEMUKAN MATI MENGENASKAN DI KAMARNYA.
.
Judul itu tercetak tebal dan juga kebesaran, terlalu berlebihan menurutku. Walaupun begitu, beberapa deret paragrap itu kubaca juga.
.
"Seorang siswa mati mengenaskan dalam kamarnya. Tubuhnya tidak lagi utuh, bahkan wajahnya sudah tidak dapat dikenali. Lengan dan kaki terpisah dari badan, lidah, mata, telinga, serta jari-jari tangan berceceran di lantai. Dan juga, otaknya hilang entah kemana. Hal ini dicurigai dilakukan oleh pembunuh yang akhir-akhir ini meneror kota."
.
Tunggu, ada yang aneh. Otaknya bukankah ditaruh di bawah kasur? Dasar, polisi-polisi bodoh.
.
Tring!
.
Kali ini bukan pemberitahuan, melainkan sebuah pesan. Pasti laki-laki itu. Jangan bilang dia protes lagi.
.
Stephen Admentus Mayon
Puas?
.
Adelia Putri Septiani
Belum, masih banyak. Jangan protes lagi saat aku menyuruhmu membunuh. Si Lilo itu tempat tinggalnya dekat denganmu.
.
Stephen Admentus Mayon
Ya ya ... aku tahu Lihat link ini, ***** Kali ini Silvanna yang lebih dekat
.
Ah, sepertinya mangsa baru.
.
Benar saja. Itu karyaku, tapi penulis dalam cerita itu tertulis jelas nama seseorang.
.
Cih, plagiator! Akan kusuruh Silva menggunakan kesadisan level 2. Ya, beserta keluarganya juga maksudku.
.
Ada gunanya aku mengaku newbie, kan? Semua silent reader, orang berperilaku senioritas, dan juga palgiator akan merasa lebih leluasa, begitu pula aku.
.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar