Pages

Kejutan

Selasa, 12 April 2016

Judul: Kejutan
By; Adelia P.S
Kulirik lagi jam tanganku, 07.45 AM. Huh! Ia sudah terlambat, benar-benar terlambat. Mempunyai kekasih seperti Rizki memang harus ekstra sabar. Sudah lebih satu jam tapi ia belum juga datang.

Di hari Valentine ini, aku akan memutuskan hubunganku dengan Rizki. Aku sudah tak tahan lagi dengan sikap egoisnya, selalu ingin menang sendiri. Lebih baik, aku menjalin hubungan dengan Dafa--teman baikku. Dafa lebih baik daripada Rizki. Lagipula kemarin, Dafa menyatakan cintanya kepadaku, tapi masih belum kuterima karena hubunganku dengan Rizki yang masih berjalan.



Aku berdiri, berniat meninggalkan bangku taman yang dingin itu. Mungkin ia tak akan datang. Kubenahi dulu penampilanku yang sedikit berantakan terkena angin, lalu melangkah pelan di atas tanah berumput yang basah ini.

"Rein, tunggu!" Akhirnya, suara orang yang ditunggu-tunggu

terdengar. Aku berbalik, membuatku bertatapan langsung dengan mata hitam milik pria di depanku ini.

Ia tersenyum, masih dengan nafasnya yang memburu. Tunggu! tersenyum? Kukernyitkan dahiku, merasa bingung dengan ekspresinya. Kurasa, Rizki sangat jarang tersenyum--bahkan bisa dibilang tidak pernah. Tapi kenapa ia tiba-tiba tersenyum padaku? Apa ia telah memenangkan lotere? Ah! pemikiran bodoh.

Tanpa berkata-kata, ia menarikku ke sebuah tempat sepi di balik semak-semak. Aku mulai curiga dengan sikapanya. Apa ia ingin ...

"Ini untukmu," kata Rizki. Ia menyodorkan sebuket bunga mawar. Sikapnya benar-benar aneh hari ini. Tak biasanya ia memberiku bunga, tapi aku senang. Mungkin akan kutunda rencanaku untuk memutuskannya, kurasa sifatnya mulai berubah. Tapi yang membuatku bingung adalah ... kenapa ia memberiku mawar hitam?

"Ini juga untukmu." Senyumannya makin lebar, bahkan mirip dengan seringai. Ia memberiku sebuah kotak dengan bungkus warna merah, oh tidak! melainkan kotak yang diberi cairan berwarna merah.

Terdorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, segera kubuka kotak yang terasa berat itu dengab tergesa-gesa. Tak kusangka, karena terlalu terburu-buru aku menjatuhkan kotak itu bersamaan dengan tercecernya isi kotak itu.

Deg!

Itu kepala seseorang yang ku kenal, Dafa. Kepala tanpa badan yang kini melotot padaku. Ap- apa Dafa dibunuh oleh Rizki?

"Kejutan!" Ia mengayunkan pisau daging yang sedari tadi disembunyikannya. Ia melompat, menerjangku membabi buta. Menggerak-gerakkan pisau itu secara brutal. Hingga ...

Duk!

Aku terpojok, pergerakanku terhalangi oleh semak berduri dan batang-batang pohon. "Kau akan mati, Sayang." Ia tertawa gila. Membuat bulu romaku berdiri, dan jantungku berdegup lebih cepat. "Kau akan menyusul kekasih barumu."

"Maafkan aku! Biarkan aku hidup! Aku—"

"Terlambat," potongnya lamat-lamat, penuh ancaman, namun sangat meyakinkan.

Oh tidak!

Jleb!

Tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS