Oleh : Adelia P.S
Aku tak tega melihatmu dikeroyok seperti itu. Tak berdaya di tengah-tengah gerombolan preman berbadan kekar. Tubuhmu yang sudah babak belur itu tergeletak di trotoar. Aku ingin menolongmu, tapi aku tak bisa.
Aku ingin sekali merengkuhmu, membawamu ke dalam kehangatan. Saling berbagi kepedihan. Menguatkanmu seperti dahulu, sebelum kejadian itu. Memberimu kekuatan untuk menjalani semuanya. Namun apa daya, diriku tak bisa.
Aku masih mengingat semua itu. Kejadian itu seperti terpatri dalam ingatanku. Tak bisa dihilangkan.
**
Setahun yang lalu.
Pedih. Melihat tubuhmu yang dipenuhi berbagai alat medis. Tubuhmu semakin kurus, kulitmu semakin pucat, dan napasmu yang semakin berat. Dokter memprediksikan bahwa dirimu tidak akan bertahan lebih lama lagi. Tuhan tolong selamatkan dia!
Tak terasa bulir-bulir bening mengalir di pipiku. Melihat keadaanmu seperti itu, hatiku bagaikan ditusuk seribu pedang. Andaikan aku bisa menggantikan posisimu, itu pasti akan aku lakukan. Pasti!
Tuhan sepertinya mendengar doaku. Malam itu aku bermimpi, bertemu dengan sesosok manusia yang memakai pakaian serba putih. Tubuhnya bercahaya dan penuh dengan aura aneh.
”Apa kau sangat mencintai kekasih mu, Nak?” suaranya bergemuruh, menggema di setiap sudut hutan yang gelap--di mimpiku.
”Tentu,” jawabku langsung. Sangat yakin.
”Apa kau ingin menyelamatkanny
”Tentu, apapun caranya.”
”Bagaimana dengan menukarkan nyawamu dengan nyawa kekasihmu?”
”Tidak apa-apa, asalkan ia selamat,” jawabku cepat. Lagipula aku sudah berjanji akan menyelamatkanmu
Ia tersenyum. Dan semuanya mendadak gelap.
**
Sekarang, aku hanya bisa melihat tanpa menyentuhmu. Kau tak bisa melihatku, walaupun aku selalu ada di sampingmu. Aku bahkan sering menangis, melihatmu merindukanku yang sudah tiada. Bergumam sendiri sembari menyebutkan namaku. Saat itu pula aku berkata, ”Aku di sini Andi!”. Namun semua itu percuma, kau tak bisa melihat wujudku.
Gadis yang berusaha kau tolong tadi menghampirimu, mengkhawatirkan
Aku tersenyum miris. Seharusnya aku yang menolongmu. Sedikit ada rasa cemburu di hatiku. Namun, segera aku musnahkan semuanya. Kita sudah beda alam. Ku tunggu kau dikeabadian.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar