Pages

Miss Teryous - Part 2: Kencan?

Kamis, 11 Februari 2016

Miss Teryous
Part 2: Kencan?

"Aku ingin mengajakmu berkencan."

Tery membulatkan matanya, lalu sebuah tawa sarkastik meluncur dari bibir merahnya. "Dia pasti gila," gadis itu mencibir dalam benaknya.

"Cih! Aku bahkan tidak mengenalmu," ungkap gadis itu sinis. Tanpa disangka-sangka, pemuda itu malah mengulurkan tangannya, senyumnya makin terkembang di wajah tampannya. "Namaku Ryo. Ryous Michael Style."

Tery memutar bola matanya  malas, lalu menghela napas berat, mulai jengah dengan sikap pria di hadapannya. "Aku tak menanyakan namamu!" dengusnya.

"Maukah kau berkencan denganku?"
***



Tery melangkah dengan menghentak-hentak, menyalurkan rasa kesalnya pada jalanan taman yang tidak bersalah. Disampingnya terdapat seorang pemuda yang sedang meliriknya, tak lupa juga dengan seringai menyebalkan di wajahnya.

"Andai saja aku tak terikat dengan prinsipku, pasti dia sudah kubunuh," geramnya dalam hati.

Sebenarnya Tery tak pernah sudi mengiyakan ajakan laki-laki kurang ajar—julukannya kepada Ryo—untuk pergi ke taman. Namun ia sudah terlanjur jengkel dengan tingkah pemuda itu, Ryo terus bertingkah di rumahnya hampir dua jam lamanya. "Aku akan berhenti jika kau mau pergi berkencan denganku," begitulah penawaran Ryo yang terpaksa harus ia penuhi.

Melihat Tery yang sedang tidak fokus, Ryo dengan lancang langsung merangkul pundaknya, namun segera ditepis kasar oleh gadis itu. "Jangan sentuh aku!" tegasnya dengan tatapan yang mematikan.

Ryo menurut, tapi hanya sementara.

Digenggamnya tangan gadis itu dengan erat, sehingga ia tak bisa melepaskannya.

Kesabaran Tery sudah habis.

"Hya!"

Brugh!

Dengan jurus karatenya, ia membanting tubuh Ryo yang dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya tanpa bersusah payah.

"Aku sudah memperingatkanmu! JANGAN SENTUH AKU!"

Tery melangkah dengan gusar, meninggalkan Ryo yang sibuk merintih kesakitan.

"Astaga, dia itu gadis macam apa?!" pekik Ryo. Beberapa pasangan yang ada di taman itu terkikik geli melihat keadaannya yang mengenaskan. Ditinggal pergi saat berkencan adalah pencemaran nama baik baginya.
***

Seorang gadis berjalan sendirian di tengah dinginnya malam. Tak henti-hentinya ia menggerutu tentang seorang pemuda menyebalkan yang ia sebut sebagai laki-laki kurang ajar. Dia adalah Tery.

Tiba-tiba tiga pria berotot dengan tato di sekujur tubuh mereka menghadang  jalannya. "Hei, kenapa wanita cantik sepertimu bisa sendirian? Lebih baik kau menemani kami," salah satu pria itu mencolek dagunya, tatapan mesum mereka tak pernah lepas dari tubuh moleknya.

"Cih! Jangan sentuh aku!"

"Wow, galak sekali. Ini semakin menarik," pria dengan badan paling besar itu menyeringai, lalu tangan besarnya menyeret paksa Tery ke sebuah gang kotor yang gelap.

Bragh!

Punggung Tery membentur keras dinding berlumut di belakangnya, akibat dari perlakuan pria itu kepadanya. "Ayo kita bermain!"

Pria itu mendekat, menatapnya dengan tatapan liar.

Tery berusaha menjangkau apa saja yang ada di dekatnya, sebagai alat untuk melawan di hadapaya. Pisaunya berada di tas lengannya, namun sialnya tas itu terjatuh saat pria ini menyeretnya.

Buagh!

Sebuah balok kayu sukses menghantam kepala pria itu, menyebabkan setetes cairan merah meluncur di keningnya. Dia menggeram marah, dengan gegabah ia berlari menerjang Tery tanpa perhitungan, alhasil hantaman keras lagi-lagi bersarang di kepalanya. Pria itu terhuyung-huyung, pusing mendera kepalanya yang sudah berdarah-darah. Tak lama setelah itu ia jatuh terduduk di jalan gang gelap tersebut.

"Aku muak dengan orang sepertimu."

Buagh!

"Kau harus diberi hukuman, agar kau tak mengulangi kesalahan." Tery menyeringai jahat, rencana keji telah ia dapatkan. "Sepertinya seratus pukulan cocok sebagai hukuman."

Buagh! Buagh! Buagh!

5 pukulan sekaligus. Pria itu tak sadarkan diri.

"Say "goodbye", My Victim"

Buagh! Buagh! Buagh!

30 pukulan selanjutnya. Terdengar suara retakan, sepertinya berasal dari kepala pria itu.

Buagh! Buagh!

Total 50 pukulan. Kepala pria itu pecah menjadi dua, menunjukan sebuah benda berwarna merah muda di dalamnya.

Tery terus memukuli pria itu. Tak peduli dengan otak yang berceceran di sekelilingnya. Hingga 100 pukulan, kepala pria itu telah terpisah dari tubuhnya.

Nafas gadis itu terengah-engah, namun seringai tak pernah pudar dari wajah cantiknya.

"Tinggal dua pria lainnya."

Ia berjalan, tangannya menenteng sebuah balok kayu yang penuh dengan darah. Di tengah perjalan ia menemukan tasnya yang terjatuh tadi, ia mmemungutnya lalu menyampirkan tas itu di pundaknya.

Seberkas cahaya terlihat di pertigaan di depannya. Dua orang laki-laki sedang berdiri di pertigaan tersebut, tak menyadari aura berbahaya dari gadis yang ada di belakang.

"Say "goodbye", My Victim."

Buagh! Buagh!

Jleb!

Krek!

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS