Miss Teryous
Part 4: Ka-Boom!
"Maukah kau pulang bersamaku?"
Lagi-lagi, Ryo berhasil membuat Tery melebarkan matanya. Tery kembali mengumpat dalam hatinya, apa dia sudah gila?
"Tentu saja, tidak akan," jawabnya ketus. Tanpa memperdulikan Ryo yang memanggil-manggil namanya, Tery terus berjalan menjauh dari perpustakaan dengan terburu-buru.
Ryo berusaha mengejarnya, dan akhirnya dapat mencekal tangan Tery. Namun sebelum Ryo mengucapkan permohonannya, Tery lebih dahulu menyelanya. "Jangan sentuh aku!"
"Ayolah, kumohon! Pulanglah bersamaku," Ryo masih tetap bersikukuh, tak memperdulikan peringatan yang Tery lontarkan sebelumnya. Tapi kemudian ia teringat kejadian saat di taman, sewaktu Tery membantingnya. Alhasil Ryo segera melepaskan tangan Tery yang ia cekal.
Dengan segera, Tery melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir. Sedangkan Ryo masih betah memohon-mohon padanya, bahkan hingga mereka menjadi bahan tontonan mahasiswa lain yang masih berada di sana, dan Tery benci dengan itu.
Tiba-tiba seorang gadis dengan dandanan menor menghalangi jalan mereka, ia menatap sinis kepada Tery, namun segera berubah menjadi senyuman manis saat melihat Ryo. "Hai, Ryo!" sapanya manja, lalu tanpa malu ia merangkul lengan kekar pemuda tampan di depannya itu.
Ryo merasa risih, ia berusaha melepaskan rangkulan itu, namun gadis itu malah mempereratnya. Tanpa menaruh perhatian sedikitpun, Tery berlalu pergi dari sana.
"Lawina, lepaskan aku." Ryo sebenarnya ingin menyusul Tery, namun Lawina malah menyeretnya entah kemana. Pasrah. Hanya itulah yang dilakukannya sekarang.
***
Part 4: Ka-Boom!
"Maukah kau pulang bersamaku?"
Lagi-lagi, Ryo berhasil membuat Tery melebarkan matanya. Tery kembali mengumpat dalam hatinya, apa dia sudah gila?
"Tentu saja, tidak akan," jawabnya ketus. Tanpa memperdulikan Ryo yang memanggil-manggil namanya, Tery terus berjalan menjauh dari perpustakaan dengan terburu-buru.
Ryo berusaha mengejarnya, dan akhirnya dapat mencekal tangan Tery. Namun sebelum Ryo mengucapkan permohonannya, Tery lebih dahulu menyelanya. "Jangan sentuh aku!"
"Ayolah, kumohon! Pulanglah bersamaku," Ryo masih tetap bersikukuh, tak memperdulikan peringatan yang Tery lontarkan sebelumnya. Tapi kemudian ia teringat kejadian saat di taman, sewaktu Tery membantingnya. Alhasil Ryo segera melepaskan tangan Tery yang ia cekal.
Dengan segera, Tery melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir. Sedangkan Ryo masih betah memohon-mohon padanya, bahkan hingga mereka menjadi bahan tontonan mahasiswa lain yang masih berada di sana, dan Tery benci dengan itu.
Tiba-tiba seorang gadis dengan dandanan menor menghalangi jalan mereka, ia menatap sinis kepada Tery, namun segera berubah menjadi senyuman manis saat melihat Ryo. "Hai, Ryo!" sapanya manja, lalu tanpa malu ia merangkul lengan kekar pemuda tampan di depannya itu.
Ryo merasa risih, ia berusaha melepaskan rangkulan itu, namun gadis itu malah mempereratnya. Tanpa menaruh perhatian sedikitpun, Tery berlalu pergi dari sana.
"Lawina, lepaskan aku." Ryo sebenarnya ingin menyusul Tery, namun Lawina malah menyeretnya entah kemana. Pasrah. Hanya itulah yang dilakukannya sekarang.
Setelah melalui lorong-lorong kampus yang sepi, kaki jenjang Tery akhirnya menapak di kawasan parkir.
Ia melihat ke sekeliling, lalu mendapati sepeda motor putihnya terpakir tak jauh dari tempatnya berdiri. Gadis itu segera menghampiri kendaraannya itu, namun sebuah suara lirih yang janggal menghentikannya.
Tit! Tit! Tit!
Dan Tery yakin, suara itu berasal dari sekitar sini.
Tepat pada saat itu juga, Ryo datang dengan nafasnya yang terengah-engah sehabis berlari. "Te-ry," Ryo berhenti sebentar untuk mengambi nafas, lari dari kejaran Lawina tak semudah yang ia bayangkan. "Maukah kau-"
"Ryo, bolehkah aku menumpang pulang bersamamu?"
Kali ini Ryo yang membulatkan matanya, namun tak lama kemudian ia bersorak girang bahkan berjingkrak-jingkrak tak jelas. "Baiklah, tunggu di sini, aku akan mengambil motorku." Ryo kembali berlari secepat kilat, namun saat ini tujuannya bukanlah menjauh dari Lawina.
Hanya untuk kali ini saja, dengus Tery dalam benaknya. Gadis itu lalu berjongkok di depan motornya, tangan lentiknya mengambil sesuatu yang terselip di antara mesin kendaraannya itu. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Tery menekan sebuah tombol di benda itu lalu menyimpannya dalam tas.
Brum! Brum!
Ryo segera menebarkan pesonanya, ditambah dengan motor hitam besar yang ia tumpangi menambah kesan gagah padanya. Namun percuma saja, Tery sama sekali tak terpengaruh.
Dengan wajah datar, gadis itu segera menaiki bocengan yang ada di motor itu. Ryo menyuruhnya untuk memeluknya untuk berpegangan, namun gadis itu tak sudi melakukanya.
Ryo menyerah, yang terpenting Tery sudah mau pulang bersamanya.
Motor itu segera melaju cepat, membelah jalanan kota yang padat, namun itu tak menjadi masalah bagi Ryo yang dengan lincah menyelip di antara semua kendaraan yang ada.
Tapi belum berselang lama mereka menjauhi kampus, sebuah ledakan terdengar tak jauh dari mereka.
Ka-boom!
Asap hitam tebal membumbung tinggi mewarnai angkasa, kobaran api yang besar membuat panik seluruh warga.
Ryo merasa khawatir, tapi Tery tidak. Gadis itu sudah mengetahui jika ini akan terjadi. Namun ia tak menyangka jika sepeda motornya akan meledak secepat ini.
"Teruskan saja," pintanya kepada Ryo.
Mereka tetap melaju, meninggalkan kampus mereka yang mungkin akan hangus terbakar karena ledakan.
Hingga sampailah mereka di perempatan jalan.
"Belok kiri."
"Eh, tapi rumahmu seharusnya belok kanan."
Tery mencebik, lalu berkata, "ikuti saja instruksiku."
Ryo menurut. Mungkin dia ingin ke suatu tempat terlebih dahulu, pikirnya.
Jalan di belokan kiri itu sangat sepi, terlalu sepi hingga membuat Tery curiga.
Motor mereka melaju kencang, namun akhirnya Tery menyadari ada sesuatu yang ganjil.
"Berhenti!"
Namun sudah terlambat.
Ctak!
Tali nilon itu putus, dan secara otomatis memicu sebuah bom yang dipasang di pinggir jalan.
Ka-Boom!
Mereka berdua terpental jauh, lalu jatuh mencium tanah beraspal yang ditaburi puing-puing batu yang berhamburan.
Keadaan Tery tidak terlalu parah karena ketangkasannya, hanya beberapa goresan dan sedikit luka bakar di punggungnya. Namun Ryo ..., Tery menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaan pemuda itu. "Cih, hanya begitu saja langsung pingsan," makinya.
Suar kikikan membuat Tery mengalihkan perhatiannya. Terlihat seorang gadis berseragam sekolah tertawa kecil melihatnya. Dan itu membuat Tery-sedikit-tersinggung.
"Hihihi! Sepertinya kekasihmu terlalu lemah. Ckckck, seleramu rendah sekali, ya?" Gadis itu kembali tertawa, kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Padahal kau cerdik. Bahkan kau hampir mengelabuiku dengan memakai motor orang lain daripada motormu sendiri yang telah kupasangi beberap bom
Tapi kau tak begitu cerdik untuk hampir mengelabuiku untuk yang kedua kalinya. Sesuai rencana, kau belok berlawanan arah dan masuk ke jebakanku."
Gadis itu tertawa puas. Lalu tangan lentiknya merogoh sesuatu yang ada di belakangny. Empat bom kecil yang menyala berbentuk bola terselip di antara lima jarinya, siap untuk diledakkan di wajah sang musuh.
Tery tersenyum sinis, semakin lebar saat melihat semua luka-luka di tubuhnya.
"Baiklah, mari kita mulai pertunjukannya."
Bersambung ....
Yang ingin baca ceritaku yang lain bisa baca di Wattpad dengan nama user Elyadel_adel #PromoModeOn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar