Bacanya pelan-pelan, diresapi, lalu pahami.
Judul: Broken Angel
By: Adelia P.S
Angel. Gadis kecil yang baik hati dan juga cantik, hal itu membuatnya dijuluki dengan sebutan 'malaikat kecil' oleh orang-orang di sekitarnya. Dia mempunyai banyak teman, hidup berkecukupan, dan juga terlimpah kasih sayang.
Namun itu dulu, saat ia masih kecil.
***
7 September 2007
18.00
Nyanyian riang sekelompok orang terdengar dari salah satu rumah mewah di komplek itu. Di tengah-tengah mereka berdiri sesosok gadis cantik mungil dengan seulas senyum gembira di bibirnya.
Mata coklat gadis itu berbinar-binar memandangi kue ulang tahun di hadapannya. Lalu tak lama kemudian, ia segera meniup lilin yang ada di atas kue itu setelah lagu berakhir. Tepuk tangan yang meriah menyusul kemudian.
Seorang wanita paruh baya menghampiri gadis itu, berjongkok agar menyamakan tinggi mereka, lalu mengecup kedua pipi gadis itu. "Selamat ulang tahun! Angel ingin kado apa?"
Senyum gadis itu makin lebar, tawa kecil meluncur begitu saja dari bibirnya. "Aku hanya ingin bahagia, Mama," jawabnya dengan muka polos.
Mama-nya tertawa, lalu menimpali permintaan putrinya, "baiklah, Mama janji akan membuat Angel bahagia!"
Mereka berpelukan, terlarut dalam kebahagiaan.
Namun ....
Si malaikat kecil yanng masih polos tak tahu, akankah ia bahagia kelak?
***
8 September 2007
Angel bermain dengan riang di halaman belakang rumahnya. Baju barunya yang indah melambai-lambai saat ia berputar. Babysitter yang menjaganya hanya tersenyum melihat keriangannya.
Tapi sebuah dering telepon menghentikan kegiatan gadis itu. Dengan semangat ia berlari menuju ruang tamu, mengangkat telepon rumahnya. Ia berharap jika telepon itu dari mama-nya.
"Halo!" sapa gadis itu dengan senyum cerahnya.
Namun yang ia harapkan tak terwujud.
Sebuah suara asing membalas sapaannya. Karena kecewa, ia menyerahkan telepon itu kepada babysitter yang telah berdiri di sampingnya. Tanpa mendengar apa yang dibicarakan oleh orang asing itu, ia melangkah keluar menuju halaman belakang rumahnya, kembali bermain.
Sayangnya, si malaikat kecil tak tahu, jika orang asing itu menyampaikan sesuatu hal. Dan hal itu adalah awal kehancurannya.
Berita kecelakaan mama-nya.
***
9 September 2007
Naas.
Angel si malaikat kecil menangis tersedu-sedu, tangan mungilnya tak henti-henti menggoyang-goyangkan sesuatu di hadapannya.
Mayat mama-nya yang terbujur kaku.
Semua orang berpakaian hitam menatapnya dengan iba. Namun tak ada yang bisa mereka lakukan. Angel tak membiarkan siapapun menyentuhnya, dan juga tubuh mama-nya. Gadis itu akan meraung, berteriak, lalu mendorong siapapun yang mendekatinya barang sesenti.
Tak ada pilihan lain.
Angel ditarik paksa dari tubuh mama tersayangnya, ia meronta, berusaha melepaskan diri, namun gadis yang berusia tujuh tahun itu tak mampu menandingi kekuatan dua pria dewasa yang menyeretnya menuju kamar tidur.
Si malaikat kecil menggedor-gedor keras pintu kayu yang mengurungnya, tak memperdulikan tangannya yang sudah memerah dan perih.
Tak ada yang mendengar, semua orang sudah berangkat ke area pemakaman. Bersama dengan mayat ibunya tentu saja.
Perlahan, tubuh anak kecil itu merosot. Ia terduduk, menenggelamkan kepalanya di pahanya, lalu tak lama kemudian tangis hiateris membahana di kamar yang didominasi warna merah muda itu.
Angel. Si malaikat kecil yang malang. Kehilangan mama-nya saat ia masih membutuhkan kasih sayang.
***
Beberapa hari kemudian.
Wajahnya kusut, pandangannya kosong, dan kantung mata terlihat di wajah gadis kecil itu. Seorang pria dewasa yang ia kenal sebagai paman-nya sedang memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Angel tak begitu mengenal akrab dengan pamannya, bahkan ia hanya sekali berkunjung ke rumah pria itu. Namun sekarang, pria itulah yang mendapat hak asuh untuk merawatnya. Mungkin itu terjadi karena pria itulah satu-satunya saudara dari mama-nya. Ayahnya? Ia tidak tahu di mana keberadaanya. Sebagai tambahan, ia bahkan tak tahu wajah ayahnya.
"Sekarang, aku adalah orang yang merawatmu! Jadi, turuti semua permintaanku! Mengerti?"
Angel terdiam. Pandangannya kosong. Masih tenggelam dalam kesedihannya.
Berang. Pria itu mencengkram dagu Angel, mengangkatnya, membuat wajah muram gadis itu menatapnya.
"Hei, aku bicara padamu! Jadi jangan mengacuhkanku! Paham?!"
Air mata menggenang di pelupuk mata anak itu. Dengan terpaksa ia mengangguk.
"Baiklah, tugas pertamamu adalah membuatkanku secangkir kopi. Sekarang, kerjakan!" pria itu tak henti-henti membentaknya, hatinya bahkan tak iba melihat kondisi gadis itu yang mengenaskan.
"Tapi kan ada pembantu, Paman," Angel berkilah.
Pria itu berdecak, menggeram lalu bentakan lain lolos dari bibirnya yang hitam karena rokok. "Sudah kupecat! Sekarang kerjakan! Oh ya, kau harus memanggilku "Tuan" mulai saat ini, mengerti?!"
"Tapi—"
Plak!
"Cepat kerjakan!!"
Air mata mulai meluncur deras dari mata coklatnya, ia berlari menuju dapur dan segera memenuhi permintaan pamannya, dan juga berharap ... ini tak akan terjadi lagi.
Angel. Si malaikat kecil yang malang. Mendapat perlakuan kasar dari paman yang mengasuhnya, diperlakukan bagaikan budak.
***
Beberapa bulan kemudian.
Gadis itu melangkah lesu memasuki rumahnya, masih lengkap dengan seragam sekolah yang ia kenakan. Ditangan mungilnya tergenggam erat sebuah surat yang akan ia berikan pada pamannya.
"Paman, ini surat dari sekolah."
Plak!
"Sudah berapa kali aku bilang, panggil aku "Tuan"!!"
Angel menunduk sedih. Ia mengelus perih yang ada di pipinya. Perih yang sama ia terima sejak pria itu menumpang di rumah mewah milik mama-nya.
Fredrick—nama paman Angel—merebut kasar surat itu, membacanya, lalu tak lama kemudian membuangnya di tempat sampah.
"Cih, aku tak peduli. Seharusnya kau berhenti sekolah saja!"
"Tapi ...," gadis itu ingin membantah, namun takut jika pamannya akan berlaku lebih kasar kepadanya.
Angel segera beranjak pergi. Di otak kecilnya yang masih polos ia berpikir. Pendidikan itu penting, begitulah kata mama-nya. "Tidak, aku harus tetap bersekolah."
***
Angel. Si malaikat kecil yang malang. Ia berusaha melanjutkan sekolahnya. Setiap pagi, gadis itu harus mengantar koran ke rumah-rumah mewah yang jauh dari tempat tinggalnya dengan menggunakan sepeda kecilnya.
Pamannya tak peduli padanya.
Ia tahu hal itu.
Setiap hari pamannya hanya duduk santai di rumah, memperlakukan ia layaknya pembantu, menamparnya setiap hari, dan juga menghambur-hamburkan uang warisan mama-nya—uang yang seharusnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan tak jarang, Angel melihat pamannya pulang dari berjudi dan mabuk-mabukkan.
Gadis kecil yang masih polos itu tidak tahu dengan apa yang seharusnya ia lakukan.
Tapi semua itu belumlah puncak kehancurannya.
***
Tahun-tahun berlalu begitu saja. Angel si malaikat kecil telah menjadi gadis remaja yang cantik.
Namun sayang ....
Kehidupannya makin memburuk setiap tahunnya. Ia dan pamannya sekarang tinggal di sebuah rumah kontrakan kumuh yang kecil, itu semua dikarenakan tingkah pamannya yang suka menghambur-hamburkan uang dan berjudi.
Gadis itu masih bekerja memeras keringat setiap hari, sekolahnya putus karena uang yang ia dapatkan sudah tak cukup untuk membayar sekolahnya, apalagi ditambah dengan pamannya yang kerap kali merampas uang hasil jerih parahnya untuk berjudi dan juga membayar hutang besar yang terasa mencekik leher.
Namun, Fredrick masih meperlakukannya denfan kasar. Bahkan bertambah parah.
***
6 Agustus 2015
Brak!
Pintu kamar Angel menjeblak terbuka dengan kasar, menampakkan sosok yang selama ini ia benci, Fredrick.
Pria itu melangkahkan kaki panjangnya lebar-lebar guna menghampiri Angel. Tangannya yang kekar menjambak rambut hitam panjang gadis itu, mendongakkan kepalanya dengan kasar.
"Apapun yang mereka lakukan jangan membantah!!"
Angel tidak mengerti apa yang dimaksud pamannya itu. "Apa maksudmu?"
"Sudahlah!"
Tak lama kemudian tiga orang pria bertubuh gempal memasuki kamar itu. Dengan seringai mereka.
Fredrick berlalu setelah salah satu pria itu memberinya segepok uang. Keluar dengan senyum puasnya.
Ketiga pria itu mendekat ke arah Angel, gadis itu perlahan mundur, namun pada akhirnya terjebak di sudut kamar.
Angel. Si malaikat kecil yang malang. Ketakutan saat pamannya menjual dirinya ke ketiga pria itu.
***
7 September 2015
Angel. Si malaikat malang. Harus kehilangan mahkota yang paling berharga bagi wanita di usia remajanya. Mahkota yang direbut paksa oleh tiga pria sadisme karena kekejian pamannya.
Namun yang lebih parah, pelecehan itu meninggalkan bekas. Luka, sakit hati, dendam dan juga ... janin di rahimnya.
Para tetangga mencemoohnya, menghinanya, menginjak-nginjak harga dirinya, tak jarang juga melemparkan batu saat ia melintas. Dirinya adalah aib. Disamakan dengan kotoran dan sampah. Si malaikat telah ternodai.
Sekali lagi dari sekian kalinya, Angel menangis sejadi-jadinya. Meratapi nasib buruk yang seakan berlomba-lomba menghampirinya.
Hari ini adalah ulang tahunnya. Dengan mata bengkak yang merah ia menyanyikan lagu ulang tahun untuk dirinya sendiri. Seberapapun keras ia memaksakan tersenyum, namun nada pedih dalam setiap suaranya tak akan bisa ia sembunyikan.
Tangannya yang penuh dengan luka cambukan meraih sebuah kado. Kado yang bertuliskan "From Angel To: Angel". Ya, kado dari dirinya dan untuk dirinya.
Ia membuka penutup kado itu. Lalu mengeluarkan sesuatu di dalamnya. "Ah, 'kalung' yang indah," ucapnya dengan senyuman pahit di bibirnya yang sedikit sobek.
Mata coklatnya kemudian menyusuri setiap senti di kamarnya. Kasur, lemari lalu yang terakhir adalah foto masa kecilnya. Sekali lagi, air mata terjun begitu saja di pipinya.
"Tenang saja, Mama. Segera setelah ini aku akan bahagia. Aku janji!"
***
8 September 2015
Angel. Si malaikat kecil ternodai yang malang. Tubuhnya yang membiru tergantung di kamarnya, dengan tali tambang yang 'terkalung' di lehernya. Ya, kalung yang sama dari kado untuk dirinya sendiri.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar