Pages

Butterfly

Senin, 04 September 2017

"Selamat siang," sapa Vlau tepat setelah aku membuka pintu. Senyumnya merekah lebar dengan keceriaan yang tercermin dari perilaku.

"Masuk."

Manik gadis tersebut menetap pada wajahku. "Bisa langsung kulihat?" tanya dia langsung, binar matanya yang amat menyilaukan pandangan, hanya karena kupu-kupu.

"Ayo."

Langkahnya tanpa suara mengikuti dari belakang. Namun aku tahu kepalanya takkan diam. Sudah bisa dipastikan netra Vlau akan kesana-kemari bersamaan mulut yang tidak bisa bungkam, terbuka oleh keterpesonaan.

"Mana sih? Kat--"

"Vlau." Keluhan terpotong panggilanku.

"Eh, iya?" jawabnya agak gelagapan, sedikit tersipu.

"Kenapa kau bersikeras ingin melihat kupu-kupuku?"

Dahi langsung berkerut bingung. "Karena ... bagus? Kalau kau, kenapa suka mengawetkan kupu-kupu? Katanya cantik-cantik pula."

Aku tersenyum.

"Sebenarnya aku benci serangga, tapi sayang jika keindahan mereka sia-sia. Jadi kuawetkan saja setelah kubuat mati."

Kami sampai di depan pintu ruangan koleksiku.

"Siap?"

"Ya! Ya! Ya!"

Cklek!

Napas seketika terhenti. Wajah pasi. Beberapa lama kemudian, tremor tubuhnya menjadi-jadi.

"Bagaimana menurutmu koleksi kupu-kupu malamku?" aku bertanya sembari menunjuk salah satu kotak kaca yang di dalamnya terdapat mayat awetan telanjang seorang wanita.

"Mereka perempuan jalang yang mencari-cari alasan untuk mendekatiku dengan cara menjijikkan. Sangat menganggu, tapi rugi kalau disia-siakan. Kau tidak akan begitu, kan?"

Tanpa kata, raut syok telah menjawab semuanya.

"Tidak, kan?"

Tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS