Senandung tembang terdengar merdu,lirih tetapi merasuk kalbu. Dapat dirasa angin semilir sejukkan tubuh. Alir air melaju dari selang yang dipegang gadis itu, guna menyiram tanamannya agar tidak layu.
.
"Agen 013, bagaimana laporanmu hari ini?" sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Tangan yang kecoklatan itu terangkat, menekan sebuah tombol pada alat di telinga. "Target masih berada dalam pengawasan. Ganti." Terdengar helaan dari sana. "Baiklah, tetap awasi target."
.
"Baik."
.
"Agen 013, bagaimana laporanmu hari ini?" sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Tangan yang kecoklatan itu terangkat, menekan sebuah tombol pada alat di telinga. "Target masih berada dalam pengawasan. Ganti." Terdengar helaan dari sana. "Baiklah, tetap awasi target."
.
"Baik."
Bip!
.
Via kembali bersikap semula, sesekali melirik pria di depan rumahnya. Masih tidak ada yang dapat dibuat curiga, seolah memang tidak ada apa-apa. Pria itu seperti warga biasa.
.
Serangan panik mendera, orang yang ia awasi berjalan ke arahnya. Apa penyamarannya terbuka?
.
"Hai, kau tetangga baru itu, kan?"
.
"Oh, h-hai!" Tenanglah, Via, tenang. Kau seorang agen rahasia yang andal, kau bisa menanganinya. Dia hanya menyapa.
.
"Omong-omong nama aslimu siapa?" Pria bermata hitam itu menatap tajam. Ini perasaannya saja atau memang suasananya mencekam?
.
"Kau bisa memanggilku Avi, Tuan," Via menjawab santun dan pelan, mencoba terlihat ramah dan sopan.
.
"Avi?" tanyanya sedikit aneh. Sedikit sudut bibir terangkat membentuk senyum remeh. "Nama yang aneh untuk seorang wanita."
.
Via hanya memeperlihatkan lengkung bibir, walaupun ia setuju dalam hati.
.
"Bukankah perempuan cantik sepertimu seharusnya memiliki nama yang lebih feminim seperti ... Via?"
.
Gadis itu merasa seluruh darah di wajahnya surut, bersamaan dengan kepercayaan dirinya yang menyusut. Kedoknya terusut?
.
"Sudahlah, lupakan, dan jangan memarahi orang tuamu hanya gara-gara namamu itu, oke? Sampai jumpa lagi." Sedikit tawa, kemudian dia melenggang.
.
Via masih terpaku, dalam ketidakpercayaan ia membeku. Keran yang masih menyala mengalirkan air mengenai sepatu, membuatnya terbangun.
.
Namun karena itu, seharian tubuhnya tetap kaku.
.
***
Sang raja siang telah lelah bersinar. Ratu malam menggantikannya untuk berbinar, dalam keanggunannya menemani kerlip bintang yang berpijar.
.
Via terduduk tegang di kursi. Mengamati tiap detail informasi dari targetnya saat ini, ia mengulangi, memastikan tidak ada yang terlewati.
.
Namanya Christian Zelnovsky. Pria berkebangsaan Rusia. Dan alasannya diawasi FBI karena dicurigai merupakan pimpinan dari salah satu kelompok mafia.
.
Tapi dia yakin ini palsu. Intuisinya berkata begitu.
.
Tiba-tiba alatnya menunjukan tanda sebuah panggilan. Entah kenapa ia langsung yakin itu berasal dari pimpinan.
.
Bip!
.
"Agen 013, kau diperintahkan untuk mundur dari misi! Sekali lagi, kau diperintahkan untuk mundur dari misi!"
.
"Apa yang--?" Belum sempat genap perkataannya, sambungan telah terputus, dan dari apa yang ia dengar di latar belakang, telah terjadi sesuatu yang tidak bagus.
.
Tiba-tiba suara raungan mobil mengganggunya, bergegas ia menuju jendela untuk melihat aoa yang ada. Targetnya berkendara!
.
Tidak. Misi ini belum selesai, dan dia tipe orang yang mengerjakan tugas hingga usai, harus mengakhiri apa yang ia mulai.
.
Sekali gerak, ia menyambar kunci motor yang tergeletak. Berpenampilan dengan jaket yang ia ambil acak.
.
Ia langsung melaju saat tangannya sudah memegang gas.
***
.
Beberapa mobil yang menghalangi jalan ia lewati dengan mudah. Namun mengejar ketinggalannya sangatlah susah. Target yang ia incar puluhan meter jauh di depannya.
.
Sekali lagi, Via menambah kecepatan. Target harus selalu dalam pengawasan. Setelah sekian lama berjuang, akhirnya mobil itu dalam jangkauan.
.
Namun sial, sepertinya pria itu mengetahui keberadaannya. Ia makin melaju membelah jalan, Via berusaha agar mereka tetap berdekatan.
.
Rute berubah, dari rumah-rumah menjadi tebing dan laut di sisi kanan kiri mereka.
.
Aspal lurus yang mereka tempuh, secara mendadak menjadi belokan tajam. Mobil pria itu menukik dengan sedikit decitan dari rem cakram. Vialah yang belum siap dan otomatis terlempar, tubuhnya berguling sebentar, dan hampir saja terperosok menuju tubir yang curam dengan dasar koral-koral tajam.
.
Pusing mendera. Via buru-buru melepas helm di kepala. Terlihat pakaiannya yang tergores di mana-mana. Ia berdiri dengan susah payah. Dan sungguh sial, dari mata hijaunya ia dapat melihat pria itu menyeringai dari mobilnya. Gerung mesin makin membuat gadis itu kaku di posisinya.
.
Apa yang ia bayangkan terjadi.
.
Kendaraan tersebut melaju menghantam tubuh, membuat badan melayang jauh, sebelum tercebur ke dalam lautan biru.
.
Tulangnya seakan remuk. Air asin yang memaksa ke paru-paru membuatnya batuk, yang malah membuat semakin banyak yang masuk. Darah ada di sekujur raga yang mungkin sudah tidak berbentuk. Ia sempat mendengar denging lautan di telinga, sebelum kesadarannya hilang seketika.
.
***
Sret! Sret!
.
Zo menarik badan Via ke tepian. Lukanya memang cukup parah tapi masih bisa disembuhkan. Harusnya ia bersyukur bahwa yang menjemput gadis itu bukanlah kematian.
.
"Kau salah tentang beberapa hal, Nona."
.
Jari pria itu membentuk lambang lingkaran dengan tanduk di dahi Via, yang untuk beberapa saat kemudian hijau bercahaya. Kekuatan untuk membuat amnesia.
.
" Namaku Zo, bukan Christian Zenolvsky."
.
Sinar senada daun itu kemudian lenyap. Seringai kembali menyergap.
.
"Selamat datang, Taurus."
.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar